Ekspor Alas Kaki Tumbuh, Utilisasi Pabrikan Masih Rendah

Bisnis.com,18 Agt 2020, 16:30 WIB
Penulis: Andi M. Arief
Pekerja menyelesaikan pembuatan sandal dan sepatu di PT Aggiomultimex, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (25/9)./ANTARA-Umarul Faruq

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai ekspor alas kaki selama 7 bulan pertama 2020 tercatat masih tumbuh tinggi. Namun demikian, industriwan menyatakan realisasi tersebut tidak mencerminkan kondisi industri alas kaki nasional.

Badan Pusat Statistik (BPS) mendata nilai ekspor alas kaki nasional pada Januari-Juli 2020 naik 10,55 persen menjadi US$2,86 miliar dari realisasi Januari-Juli 2019 senilai US$2,58 miliar. Pertumbuhan nilai ekspor tersebut didorong oleh ekspor sepatu olah raga ke Amerika Serikat.

"Sebenarnya 10 persen ini lebih rendah dari [realisasi Januari-Juni] kemarin yang sekitar 13 persen. Secara kumulati ada penurunan, cuma penurunannya masih lebih tinggi dari [realisasi] tahun lalu," ujar Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) Firman Bakrie kepada Bisnis, Selasa (18/8/2020).

Firman menyatakan realisasi ekspor pada awal semster II/2020 merupakan hasil kontrak antara pabrikan dengan buyer yang memiliki modal kerja kuat seperti merek Adidas dan Nike. Menurutnya, nilai ekpor alas kaki baru akan terlihat merosot pada akhir kuartal III/2020.

Firman menyatakan pertumbuhan nilai ekspor disebabkan oleh kegiatan ekspor hasil produksi pabrikan per Mei 2020. Namun demikian, utilisasi pabrikan per Juli telah anjlok ke level 32 persen.

Utilisasi pabrikan alas kaki berorientasi ekspor masih berada di kisaran 70-100 persen, sedangkan secara konsolidasi beradai di level 70 persen. Namun demikian, per Juli 2020 utilisasi pabrikan alas kaki berorientasi ekspor telah turun ke bawah level 50 persen.

Firman meramalkan nilai ekspor alas kaki masih akan positif hingga Agustus 2020. Namun demikian, pihaknya tidak dapat memastikan tren pertumbuhan positif tersebut dapat berlanjut lantaran kontrak ekspor alas kaki telah habis per Juni 2020.

"Kami tidak berharap ini membuat pemangku kepentingan menganggap industri alas kaki baik-baik saja karena masih bisa ikut menyelamatkan kondisi ekonomi nasional dengan aktivitas ekspor. Kondisi kami sama dengan sektor manufaktur lain yang juga terpukul akibat pandemi," ujarnya.

Hingga saat ini, Firman menyatakan pabrikan yang berorientasi ekspor maupun domestik masih belum melihat titik cerah. Menurutnya, September 2020 masih akan menjadi penentu pertumbuhan utilisasi pabrikan alas kaki.

Seperti diketahui, pabrikan alas kaki membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan untuk menyiapkan permintaan pasar. Adapun, produksi pada September akan disiapkan untuk permintaan pasar Natal dan Akhir Tahun 2020.

Pada awal tahun, Firman meramalkan nilai ekspor alas kaki akan rebound dari penurunan nilai ekspor 2019 atau tumbuh sekitar 13 persen secara tahunan pada akhir 2020. Namun demikian, pandemi Covid-19 membuat Asprisindo merevisi target tersebut menjadi kembali tumbuh di zona merah.

"Penurunannya [nilai ekspor alas kaki] tidak akan sampai 13 persen [lagi]. Mungkin masih double digit turunnya, sekitar 10 persen. Tapi, ini tergantung kondisi [permintaan] September 2020," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini