Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah maraknya kasus yang menyeret industri investasi kolektif, investor disarankan agar semakin kritis dan cermat dalam memilih produk investasi.
Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan pada dasarnya industri keuangan, termasuk reksa dana, adalah bisnis kepercayaan sehingga perlu mengenalinya dengan baik agar dapat rasa percaya dapat dipupuk.
Hal pertama yang harus dikenali adalah penerbit produk reksa dana alias manajer investasi (MI). Wawan mengatakan investor harus mengenali dengan baik manajer investasi,minimal mengetahui rekam jejaknya ; apakah pernah tersangkut kasus atau tidak
“Kalau betul-betul track record-nya bersih ya sangat bagus, tapi kalaupun pernah ada kasus, penting diperhatikan bagaimana komitmen atau itikad MI dalam penyelesaiannya,” tutur dia kepada Bisnis, Selasa (18/7/2020)
Wawan menilai, manajer investasi yang pernah tersangkut kasus tidak serta merta mesti masuk daftar hitam, karena secara historis masih terdapat beberapa pengelola reksa dana yang berkasus dan dapat menyelesaikan dengan baik, meski banyak pula yang sebaliknya.
“Menurut saya itu juga bisa jadi nilai plus, kita lihat pengelolanya maupun owner-nya punya komitmen untuk terus ada di industri, sehingga menjaga nama baiknya [dengan menyelesaikan kasus],” tambah dia.
Kemudian, hal kedua yang mesti diwaspadai adalah kinerja produk pilihan. Wawan mengatakan investasi reksa dana adalah produk dengan horizon investasi jangka menengah dan panjang sehingga historis kinerja produk patut dicermati.
Menurutnya, investor harus kritis melihat sebuah produk jangan hanya karena produk tersebut memiliki kinerja yang terus menanjak secara historis, tapi perlu diperhatikan pula perbandingannya dengan indeks acuan serta produk reksa dana lainnya.
“Kan aneh juga kalau di saat pasar turun, semua negatif, ini return-nya kok naik sendiri. Berarti kan pemilihan sahamnya tidak biasa, lain dengan yang lain. Investor harus tau apa sih isinya, kok bisa begitu kinerjanya,” tutur Wawan.
Selanjutnya, hal terakhir yang juga wajib diperhatikan adalah kelas aset produk tersebut. Selain memperhatikan aset dasar produk (underlying asset), investor harus mencermati perkembangan kelas aset di tengah kondisi pasar yang terjadi.
Dia mencontohkan di tengah kondisi tahun ini, aset kelas yang tak pernah rugi atau mencatat imbal hasil negatif adalah pasar uang, diikuti oleh aset berbasis surat utang. Sehingga dapat memilih produk dengan kelas aset yang memiliki potensi imbal hasil paling baik.
Meskipun demikian, Wawan menilai aset kelas saham juga masih dapat menjadi pilihan, dengan mengedepankan saham-saham dari sektor yang berpotensi rebound ketika pasar mulai pulih nantinya.
“Ini bisa sekaligus untuk diversifikasi juga,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel