Analis: Ini Tips bagi Perusahaan Sebelum Melakukan IPO

Bisnis.com,18 Agt 2020, 13:07 WIB
Penulis: Dwi Nicken Tari
Pengunjung melihat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/8/2020). Pada penutupan perdagangan awal pekan, IHSG ditutup melemah 2,78 persen atau 143,4 poin ke level 5.006,22. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) menilai pelaksanaan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) dapat dilakukan kapan saja ketika perusahaan membutuhkan pendanaan.

Ketua Umum AAEI Edwin Sebayang mengatakan setidaknya Bursa Efek Indonesia membutuhkan sekitar 25—30 emiten baru setiap tahunnya.

“Market kita masih sangat kecil dengan hampir 700 emiten, negara seperti India bahkan sudah ada ribuan emiten,” kata Edwin, Senin (17/8/2020).

Dengan demikian, Edwin menilai tidak ada waktu yang tepat untuk IPO karena dapat dieksekusi kapan saja. Namun demikian, yang perlu diperhatikan oleh calon emiten sebelum menjadi perusahaan terbuka adalah ukuran dana yang ingin dihimpun, sektor usaha, hingga pilihan penyerapan dari investor siaga atau langsung dilempar ke pasar.

Pengamat Pasar Modal Priyanto Soedarsono menambahkan pada situasi perlambatan ekonomi ini banyak perusahaan yang tampaknya memerlukan pendanaan baik untuk ekspansi maupun refinancing.

Bagi perusahaan yang ingin mencari pendanaan lewat IPO di pasar modal, Priyanto menilai prosesnya sudah bisa dimulai dari sekarang untuk bisa dieksekusi pada awal tahun depan. Pasalnya, proses IPO sendiri tentu akan memakan waktu karena harus melengkapi sejumlah persyaratan.

“Proses IPO ini memang tidak cepat, kita bisa memanfaatkan waktu misalnya mulai saat ini. Timeline-nya saya kira mulai dari sekarang bisa lakukan ke tahap pre-IPO dulu,” ujar Priyanto.

Di dalam tahap pre-IPO, perusahaan dapat melakukan penjajakan dengan calon investor strategis yang berpotensi menyerap ketika saham dilepas di pasar, sembari menanti pemulihan kondisi pasar.

Hingga akhir sesi I perdagangan Selasa (18/8/2020), IHSG masih melemah 15,72 persen secara year-to-date ke level 5.311.

Priyanto memperkirakan IHSG bakal mampu menguat setidaknya pada kisaran 15 persen — 20 persen tahun depan didukung oleh pemulihan ekonomi pasca pandemi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini