Bisnis.com, JAKARTA - Kondisi kinerja laba PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. yang tergerus pada semester I/2020 diperkirakan masih akan berlanjut hingga akhir tahun sebagai akibat pandemi Covid-19.
Pada paruh pertama tahun ini, BNI membukukan laba bersih sebesar Rp4,46 triliun. Perolehan tersebut turun 41,63% dibandingkan dengan laba bersih periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp7,63 triliun. Meski begitu, emiten perbankan bersandi saham BBNI ini menerapkan sejumlah strategi agar menjaga laba tetap positif hingga akhir tahun ini.
Direktur Keuangan BNI Sigit Prastowo menyampaikan proyeksi laba perseroan sampai akhir tahun ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan Covid-19. Karena melihat dampak yang signifikan akibat pandemi, perseroan telah menyampaikan revisi rencana bisnis bank (RBB) kepada OJK pada Juni kemarin.
"Pandemi Covid-19 memengaruhi beberapa pencapaian, khususnya terkait pertumbuhan kredit, kemampuan perseroan untuk melakukan recovery dari hapus buku, dan kenaikan NPL. Ini hal yang juga memengaruhi laba kita," katanya dalam paparan kinerja secara virtual, Selasa (18/8/2020).
Sigit menjelaskan adanya restrukturisasi kredit menyebabkan pendapatan bunga mengalami penurunan. Sebagian debitur yang terdampak Covid-19 meminta penundaan pembayaran pokok maupun bunga, sehingga mengurangi kemampuan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan bunga.
Penurunan pendapatan bunga berdampak pada net interest margin (NIM) yang turun 40 basis poin pada semester I/2020, dari 4,9% menjadi 4,5%.
Adanya restrukturisasi maupun pemburukan dari kualitas aset karena dipercepat oleh Covid-19, membuat perusahaan harus membentuk tambahan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang cukup besar.
Coverage ratio telah mencapai 214,1% pada semester I/2020, jauh lebih besar dibandingkan dengan coverage ratio pada posisi semester I/2019 sebesar 156,5%. Meningkatnya pencadangan kerugian ini merupakan bentuk antisipasi risiko penurunan kualitas aset di masa depan.
"Sehingga ke depan kita memproyeksikan profit akan tergerus cukup signifikan karena dua hal tersebut," imbuhnya.
Meski begitu, perseroan akan menjaga laba bersih tetap positif pada tahun ini di tengah pandemi yang berdampak signifikan terhadap kinerja perseroan. Perseroan berusaha menjaga NIM pada level di atas 4%.
Di samping itu, perseroan melakukan perbaikan terhadap struktur dana murah atau giro dan tabungan (CASA) dan melakukan repricing terhadap biaya deposito. Hal ini membawa hasil pada perbaikan cost of fund yang signifikan menjadi 2,9% pada semester I/2020, dari 3,2% pada periode yang sama tahun lalu.
"Laba tetap kita jaga positif, tentu tidak lebih besar dari tahun sebelumnya," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel