Industri Nasional Mulai Bangkit, Eksportir Beberkan Alasannya

Bisnis.com,19 Agt 2020, 08:16 WIB
Penulis: Iim Fathimah Timorria
Foto aerial kawasan industri Jababeka di Cikarang, Jawa Barat. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Meningkatnya ekspor sektor industri pengolahan serta impor barang modal pada Juli dibandingkan dengan Juni 2020 dinilai sebagai sinyal bahwa industri manufaktur Tanah Air mulai menggeliat. Hal ini juga menjadi pertanda bahwa hilirisasi produk mulai dilirik oleh pelaku usaha di dalam negeri.

“Saya melihat kondisi ini sebagai sinyal positif untuk perdagangan selanjutnya. Ada hilirisasi yang dilakukan, terutama pada produk pertanian dan pertambangan,” kata Ketua Umum Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno kepada Bisnis.com, Selasa (17/8/2020).

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa neraca dagang Indonesia sepanjang Juli mengalami surplus sebesar US$3,26 miliar. Ini adalah neraca bulanan tertinggi sejak Februari 2020 ketika Indonesia membukukan surplus senilai US$2,51 miliar.

Surplus neraca dagang RI disumbang oleh ekspor Juli yang mencapai US$13,73 miliar atau naik 14,33 persen dibandingkan dengan Juni 2020. Kenaikan ekspor bulanan terjadi pada seluruh sektor kecuali kelompok pertambangan yang turun 7,83 persen, ekspor industri pengolahan tercatat naik 16,95 persen secara bulanan.

Sebaliknya, impor RI pada Juli mengalami penurunan 2,73 persen dibandingkan dengan Juni. Penurunan impor terjadi pada seluruh kelompok barang kecuali pada impor barang modal yang meningkat 10,82 persen. Impor bahan baku dan penolong tercatat terkontraksi 2,5 persen.

“Untuk penurunan impor bahan baku saya kira karena beberapa bahan baku bisa diperoleh di dalam negeri. Misal dari sektor tekstil, ada safeguard pada bahan baku yang bisa diproduksi di dalam negeri,” ujarnya.

Benny pun menyebutkan bahwa kenaikan impor barang modal bisa menjadi pertanda adanya ekspansi oleh industri dalam negeri. Kehadiran barang modal bisa pula menjadi pendorong penambahan nilai bahan baku dan mendorong serapan tenaga kerja.

“Iya ini menjadi sinyal penguatan hilirisasi. Misal di pertambangan ada beberapa komoditas yang tidak bisa diekspor mentah, jadi mereka membutuhkan impor barang modal untuk hilirisasi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini