Rasio Kredit terhadap Simpanan Bank Terendah Sejak 2016

Bisnis.com,21 Agt 2020, 09:44 WIB
Penulis: M. Richard
Ilustrasi Bank/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- Likuiditas perbankan terpantau sangat aman dengan loan to deposits ratio (LDR) yang berada di bawah 90 persen.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), LDR bank umum pada Juni 2020 berada pada posisi 89,86 persen dengan kredit senilai Rp5.549,24 triliun dan dana pihak ketiga senilai Rp6.175,36 triliun.

Posisi ini tercatat terendah sejak 2016, sedangkan tahun lalu bahkan sempat mencetak rekor posisi sampai lebih dari 96 persen pada bulan Mei.

Rasio LDR Bank Umum (dalam %)

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, OJK 2020

Senior Faculty LPPI Moch Amin Nurdin mengatakan posisi LDR paruh pertama ini menunjukkan rendahnya risiko likuditas yang perbankan hadapi saat ini.

"Tapi kalau dilihat lagi ini kreditnya juga tumbuh sangat lambat dan tentunya tidak akan bagus untuk jangka panjang sekaligus percepatan pemulihan ekonomi nasional," katanya kepada Bisnis, Kamis (20/8/2020).

Dia berpendapat kredit tetap perlu didongkrak pada paruh kedua tahun ini. Pemerintah dinilai perlu mempercepat belanja, implementasi semua alokasi instentif yang ada, sekaligus pelebaran insentif kembali.

"Insentif yang ada juga tidak boleh tanggung karena tidak akan memberi dampak pada kepercayaan masyarakat dan pelaku usaha. Contohnya itu bantuan langsung tunai yang hanya Rp600.000, tidak akan cukup, hanya akan mengendap di tabungan," imbuhnya.

Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan kondisi kredit yang lambat sudah sewajarnya terjadi.

Piter menilai upaya untuk mendorong perbankan dalam penyaluran kredit dengan subsidi bunga, penjaminan kredit, serta penempatan dana justru belum tepat dilakukan, teruatama ketika kondisi pandemi yang belum dapat dikelola dengan baik.

"Penyaluran kredit wajar melambat, justru jangan dipaksakan. Ketika wabah nanti sudah berlalu, pertumbuhan kredit dan juga pertumbuhan ekonomi akan mendapatkan momentum, dan saat itu adalah waktu yang tepat untuk pemerintah menggenjot pertumbuhan kredit," katanya.

Piter menilai peningkatan baki kredit justru akan membuat perbankan meningkatkan risiko kredit bermasalah perbankan, yang juga mengalami kenaikan secara nilai.

Ekspansi kredit ini justru akan merugikan bank, terutama dalam menghadapi kondisi debitur yang tidak memiliki kepastian usaha dan pendapatan di masa pandemi.

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sunarso mengaku masih mengupayakan optimalisasi dana yang telah terhimpun sepanjang paruh pertama tahun ini.

Total DPK emiten berkode BBRI ini naik 13,49 persen secara tahunan menjadi Rp1.072 triliun, sehingga membuat LDR turun ke posisi 86,06 persen.

"LDR ini mencerminkan masalah likuiditas bukan jadi tantangan dan rasio LDR ini masih dalam ring ideal. Namun, untuk optimalisasi memang perlu penyaluran kredit lebih baik yang juga disesuaikan dengan demand masyarakat," katanya.

Dia mengatakan perseroan memanfaatkan tranformasi digital tidak hanya dalam pengembangan bisnis transaksi tetapi juga fungsi intermediasi.

Dalam hal kredit, perseroan juga fokus pada penyelamatan dan pengembalian kinerja UMKM yang cukup terdampak pada masa pandemi.

Meski hal ini dilakukan dengan beberapa insentif dari pendapatan bunga, tetapi cukup potensial untuk dapat membuat kredit modal kerja tetap tersalurkan.

"Penyaluran kredit pada UMKM baru tentu kami akan upayakan, yakni dengan dua skema yakni hibah modal kerja dan kredit usaha rakyat super mikro nantinya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini