Pemindahan Ibu Kota, PLN Jamin Ketersediaan Listrik Aman

Bisnis.com,25 Agt 2020, 02:15 WIB
Penulis: Jaffry Prabu Prakoso
Suasana pabrik beton kawasan Buluminung milik PT Waskita Beton Precast Tbk. di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Perseroan mendirikan pabrik seluas 12 hektar tersebut sebagai wujud kesiapan industri konstruksi di Kaltim terkait pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) baru. /Tim Jejalah Infrastruktur Kalimantan.

Bisnis.com, BALIKPAPAN – Pemerintah tengah mempersiapkan untuk memindah ibu kota negara ke Kalimantan Timur. Di saat yang sama, interkoneksi kelistrikan PT PLN (Persero) di Kalimantan Timur, Selatan, dan Timur memiliki daya lebih, yakni surplus 546,4 MW.

General Manager PLN Unit Induk Wilayah Kalimantan Timur dan Utara (UIW Kaltimra), Sigit Witjaksono mengatakan bahwa stok listrik yang ada cukup untuk memenuhi proses konstruksi perpindahan ibu kota negara (IKN).

“IKN itu direncanakan kalau gedung-gedung yang dipindahkan ke Kaltim, semua kebutuhannya kurang lebih 200 MW,” katanya saat dihubungi Bisnis, Senin (24/8/2020).

Dengan perhitungan tersebut, artinya listrik masih ada surplus. Sigit menjelaskan bahwa harapan yang nyata dari kelebihan tersebut adalah pertumbuhan ekonomi dari  industri dan bisnis di kota-kota penyangga IKN baru.

“Kota itu kan Samarinda dan Balikpapan. Kemudian kita juga punya daerah yang dikembangkan sebagai industri walaupun sekarang belum banyak. Tapi nantinya akan menuju ke sana,” jelasnya.

Stok yang berlebih juga membuat produksi listrik yang dihasilkan independent power producer atau perusahaan swasta tidak terserap maksimal. Salah satunya PT Indonesia Energi Dinamika (Indo Eka).

Sebagai perusahaan yang menjadi bagian pengelola pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Embalut, Kalimantan Timur (Kaltim), produksi tidak berjalan penuh. Dari kapasitas 2x100 MW, belum termanfaatkan semua.

“Sekarang yang dioperasikan masih belum maksimal. Untuk saat belum tergunakan 200 MW,” kata Manajer Proyek PT Indo Eka, N, Sofyan.

Meski belum semua produksi terserap, hasil kesepakatan antara Indo Eka dengan PLN adalah listrik yang dibeli minimal 50 persen dari total produksi.

Setali tiga uang dengan Sigit, Sofyan menjelaskan bahwa harapannya industri bisa bergeliat. “Surplus teratasi jika ada pengembang baru. Dalam arti investasi industri khususnya sebagai penyerap energi terbesar. Kalau rumah tangga memang kecil,” jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Novita Sari Simamora
Terkini