Bisnis.com, JAKARTA - Harga saham PT Bank BRI Syariah Tbk. ditutup menguat 12,14 persen atau naik 105 poin ke level Rp970 pada perdagangan sesi I hari ini (27/8/2020).
Dalam tiga bulan terakhir, saham BRIS sudah meroket 256,62 persen. Saham BRIS mulai naik terutama setelah Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan rencana membuat bank syariah lebih besar dan kuat melalui merger bank syariah yang menjadi anak usaha bank BUMN.
Rencana itu diungkapkan dalam diskusi daring pada 2 Juli 2020. Kenaikan harga saham BRIS mencapai 24,52 persen pada penutupan perdagangan 6 Juli 2020, dan berlanjut pada hari berikutnya mencapai 14,14 persen.
Saham BRIS pernah mengalami level terendah sejak IPO yaitu sebesar Rp135 pada 24 Maret 2020.
PT Bank BRI Syariah Tbk. resmi tercatat sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Mei 2018, dengan harga IPO sebesar Rp510 per lembar saham. Artinya, sejak IPO harga sahamnya sudah naik di atas 90 persen.
Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) Suria Dharma mengatakan selain sentimen rencana merger bank syariah, BRIS diuntungkan oleh implementasi Qanun Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di Aceh.
Peningkatan aset BRIS terbantu oleh peraturan Qanun di Aceh di mana seluruh perbankan konvensional di Aceh akan berubah menjadi syariah pada tahun depan. Hal ini menyebabkan bisnis PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) di Aceh secara bertahap akan diambil alih oleh BRIS selaku anak usaha syariah BBRI.
Diperkirakan hingga akhir 2020, pembiayaan yang dikonversi dari BBRI akan mencapai sekitar Rp8,9 triliun dan DPK sekitar Rp7,7 triliun.
"Jadi, selain rencana merger bank syariah, BRIS diuntungkan hal itu [peraturan Qanun di Aceh]," katanya, Kamis (27/8/2020).
Sebagai informasi, Qanun Aceh No.11/2018 tentang lembaga keuangan syariah, mewajibkan lembaga keuangan yang beroperasi di Aceh wajib dilaksanakan berdasarkan prinsip syariah.
Qanun ini berlaku sejak 4 Januari 2019, di mana lembaga keuangan yang beroperasi di Aceh wajib menyesuaikan dengan Qanun ini paling lama 3 tahun sejak Qanun diberlakukan.
Suria melihat rencana merger bank-bank syariah anak usaha bank BUMN dan implementasi Qanun di Aceh masih akan menjadi sentimen yang kuat memengaruhi pergerakan saham BRIS. Harga sahamnya diperkirakan masih bisa naik, meski valuasinya sudah tidak murah.
"Dari valuasi sudah di atas BV. Sudah sekitar 1,8 kali PBV," katanya, Kamis (27/8/2020).
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan melihat dengan PBV 1,8 kali dan PER mencapai 40 kali, harga sahamnya sudah tergolong mahal. Oleh karena itu, menurutnya, investor perlu berhati-hati dengan kenaikan harga saham BRIS yang terlalu tinggi.
"Paling tidak PBV di bawah 1 kali dan PER di bawah 10 kali [tergolong murah]," katanya, Kamis (27/8/2020).
Trioksa melihat harga saham anak usaha Bank BRI itu, terdongkrak seiring dengan rencana merger bank-bank BUMN berbasis syariah. Merger bank-bank syariah dinilai akan membuat bank menjadi lebih kuat dan kompetitif.
Selain itu, sentimen positif lainnya datang dari laba perseroan yang naik hampir empat kali lipat pada semester I/2020. Pada paruh pertama tahun ini, BRI Syariah membukukan laba bersih senilai Rp117,2 miliar, tumbuh 229,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 senilai Rp35,55 miliar.
"Kenaikan ini didorong oleh laba yang bagus, apabila melihat semester I/2020 yang naik hampir 4 kali. Lebih ke pertumbuhan laba dan rencana merger bank syariah," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel