Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) mengakui bahwa sejak 2015, industri perusahaan pembiayaan skala menengah dan kecil masih sulit mendapatkan kepercayaan dari bank untuk mendapatkan pendanaan.
Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno menjelaskan bahwa kepercayaan ini perlu terus didorong agar dapat kembali pulih, terutama di tengah masa-masa sulit industri pembiayaan menjaga likuiditas akibat pandemi Covid-19.
Fenomena ini, terutama dirasakan bagi multifinance menengah dan kecil yang independen atau tidak memiliki afiliasi dengan grup usaha perbankan.
"Mereka bertahan dari collection, walaupun asetnya makin turun, tetap kecil, tapi mereka membuktikan berhasil membayar sisa-sisa hutang yang ada, walaupun tidak mendapatkan pinjaman [pendanaan] baru. Ini satu bukti [kesungguhan mereka]," ujar Suwandi, dalam diskusi virtual bertajuk 'How Do Banks Support Multifinance', Kamis (27/8/2020).
Suwandi menceritakan bahwa awal runtuhnya kepercayaan bank terhadap multifinance merupakan akibat ditemukannya kasus praktik penjaminan ganda (double pledging) dari beberapa oknum multifinance.
Di antaranya, Kembang 88 Finance, Arjuna Finance, dan Sun Prima Nusantara Pembiayaan, di mana ketiganya telah mendapat hukuman Otoritas Jasa Keuangan lewat pencabutan izin dan telah dinyatakan pailit.
"Padahal pada 2005 sampai 2015, kita pernah merasakan kepercayaan bank yang tinggi kepada industri pembiayaan, walaupun sistem pengawasannya belum ketat. Maka, dengan sistem pengawasan yang lebih baik, harapannya kepercayaan bank ke kami bisa pulih," tambahnya.
Terkini, APPI meyakinkan bahwa pihaknya terus mengoptimalkan sistem pengawasan kepada para anggotanya. Upaya yang dilakukan antara lain memastikan seluruh anggotanya bergabung dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan atau SLIK besutan OJK pada April 2019, serta membangun sistem daftar agunan atau asset registry.
Asset registry akan menampung data aset multifinance, seperti nomor rangka, nomor mesin, nomor sasis, dan nomor plat kendaraan bermotor yang menjadi agunan.
"Sudah kurang-lebih ada 10 juta data yang terkoleksi di asset registry, dari total kira-kira 23 juta data. Semoga nanti secara bertahap seluruh anggota kita bisa bergabung, dan seluruh pemangku kepentingan, terutama perbankan nyaman, bisa ikut mengawasi AR yang dijaminkan," jelasnya.
Lewat langkah ini, Suwandi pun berharap kepercayaan perbankan terhadap multifinance berangsur-angsur pulih. Sebab, segmen yang diambil multifinance menengah dan kecil terbilang masih dibutuhkan masyarakat.
"Karena teman-teman ini menampung pembiayaan kendaraan yang sudah lama usianya. Ini suatu ekosistem. Jadi kalau mereka terhambat dan harus terlikuidasi karena tidak mendapat pendanaan, ekosistem di segmen ini bisa terganggu," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel