Bisnis.com, JAKARTA - Sektor otomotif masih akan jadi tumpuan perusahaan pembiayaan atau multifinance, terutama untuk bangkit dari pandemi Covid-19.
Hal ini diungkap Jodjana Jody, pelaku industri multifinance dan otomotif yang kini menjabat Komisaris Independen Smart Multi Finance dalam diskusi virtual bertajuk 'How Do Banks Support Multifinance', Kamis (27/8/2020).
Mantan bos Auto2000 pada 2010 dan Astra Credit Companies pada 2015 ini menjelaskan salah satunya karena fokus pemain utama multifinance memang didominasi pembiayaan di sektor otomotif.
Tercatat dari 182 multifinance, terdapat 56 persen perusahaan menyatakan fokus dalam pembiayaan otomotif, dengan nilai aset mencapai 344,8 triliun atau 68 persen aset multifinance keseluruhan.
Sebanyak 88 perusahaan menyatakan fokus ke pembiayaan otomotif untuk segmen konsumtif, 5 perusahaan untuk otomotif segmen produktif, dan 10 perusahaan fokus bermain di segmen kendaraan roda dua.
"Peluangnya terbuka, karena di Indonesia kepemilikan mobil itu baru 90 unit per 1.000 penduduk. Malaysia 560 unit per 1.000 penduduk, Thailand sendiri 260 unit per 1.000 penduduk. Jadi potensi kita bisa tiga kali lipat dari market sekarang," jelasnya.
Oleh sebab itu, Jody berharap peluang ini tak menguap begitu saja akibat pandemi Covid-19, di mana kebanyakan multifinance terganjal isu likuiditas dan permintaan kendaraan yang sempat turun.
Inilah kenapa peran ke depan dari dua stakeholder ini perlu diperhatikan betul oleh para perusahaan pembiayaan. Yakni perbankan untuk funding support, dan pemerintah untuk menelurkan policy to increase demand.
Jody menilai masih menjadi pekerjaan rumah pelaku multifinance untuk menggandeng keduanya.
Perbankan hingga kini kebanyakan masih menahan pendanaan dan sulit merestrukturisasi utang dari multifinance, terutama untuk multifinance kecil.
Multifinance ini tentunya berat apabila harus bertahan hidup dan payback ke bank hanya dari collection nasabah, yang rata-rata seperempatnya pun direstrukturisasi.
Sekadar informasi, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), baru 26 perusahaan pembiayaan (PP) yang meminta restrukturisasi ke kreditur perbankan.
Sementara 118 PP memiliki pendanaan dari perbankan namun belum mengajukan restrukturisasi, padahal telah menerima restrukturisasi dari nasabahnya.
“Sebelumnya hanya kurang dari 10 persen [bank] yang sanggup merestrukturisasi, itu pun dengan embel-embel nakut-nakutin. Saya buka-bukaan saja, perbankan itu kalau kita minta restrukturisasi, biasanya mengungkap tidak bisa memberikan kredit lanjutan lainnya. Ini membuat dilema, dan berdampak terutama yang buat PP yang tanggung-tanggung," jelasnya.
Sementara itu, pemerintah diharapkan juga ikut membantu dalam hal insentif pajak untuk pembelian kendaraan.
Jody mencontohkan hal ini berdampak positif terhadap upaya recovery industri otomotif di Thailand. Penjualan otomotif di sana akhirnya hanya turun 30 persen, sedangkan Indonesia sudah turun 55 persen.
“Kami dan asosiasi otomotif tentu juga mengusulkan hal yang sama, bagaimana pembelian kendaraan baru mendapatkan registrasi tax yang didiskon, sehingga harapannya bisa meningkatkan demand," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel