Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. membukukan pertumbuhan pendapatan bunga bersih yang mencapai titik terendah pada semester I/2020. Sebaliknya, pendapatan komisi mampu tumbuh double digit.
Berdasarkan laporan keuangan BRI, secara konsolidasi, pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) pada semester I/2020 turun 8,6 persen menjadi Rp36,5 triliun dari posisi Rp39,92 triliun.
Padahal, dalam lima tahun ke belakang, pendapatan bunga bersih BRI terus menunjukkan pertumbuhan.
Pada 2015, perolehan NII adalah senilai Rp53,32 triliun, pada 2016 naik 16,19 persen menjadi Rp65,44 triliun. Pada 2017, NII tumbuh 11,58 persen menjadi Rp73,02 triliun, pada 2018 tumbuh 6,36 persen menjadi Rp77,67 triliun, dan terakhir pada 2019 tumbuh 5,2 persen menjadi RP81,7 triliun.
Di sisi lain, secara konsolidasi fee and other income tumbuh 13,4 persen menjadi Rp13,74 triliun pada semester I/2020 dari posisi semester I/2019 yang senilai Rp12,11 triliun.
Lebih rinci, fee dan komisi tumbuh 19,8 persen YoY pada semester I/2020 menjadi Rp7,43 triliun. Perolehan fee based income (FBI) ini mencapai 11,2 persen komposisi fee dari total rasio pendapatan. Target fee income BRI adalah kurang lebih 7 persen hingga akhir tahun.
Penopang pertumbuhan FBI tertinggi berasal dari e-channel yang naik 61,2 persen secara tahunan. Dari layanan e-channel BRI, pertumbuhan hanya terjadi pada aplikasi BRImo melesat 122,2 persen YoY dan internet banking 123,8 persen YoY pada semester I/2020, sedangkan transaksi ATM justru turun 5 persen YoY.
Baca Juga : BRI Salurkan Subsidi Gaji 622.133 Pekerja |
---|
Begitu juga dengan FBI dari agen BRILink yang naik 33,3 persen menjadi Rp478,57 miliar.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan tekanan pendapatan bunga bersih terjadi mulai kuartal II/2020 karena adanya restrukturisasi kredit yang secara masif mulai dilakukan sejak Maret 2020 sebagai upaya penyelamatan UMKM terhadap dampak Covid-19.
Meskipun demikian, Haru menilai secara bulanan pendapatan bunga bersih telah menunjukkan tren perbaikan sejalan dengan perlambatan restrukturisasi dan pemulihan ekonomi.
Sementara itu, pertumbuhan FBI yang tinggi didorong fee Transaksi E-Channel dan E-Banking sejalan dengan perubahan perilaku transaksi masyarakat di masa pandemi yang beralih ke platform digital, seperti internet atau mobile banking maupun branchless banking yakni BRILink.
"Sehingga kami perkirakan fee based income tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan net interest margin," katanya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Menurutnya, BRI akan menjaga perolehan net interest margin (NIM) di kisaran 5,5 persen sampai dengan akhir tahun. Begitu juga dengan FBI yang akan tetap didorong pertumbuhannya hingga kurang lebih 7 persen hingga akhir tahun.
Haru mengatakan pertumbuhan FBI akan ditopang oleh kenaikan transaksi nasabah melalui e-banking dan agen Brilink (branchless banking). BRI juga telah mengembangkan berbagai inisiatif digital payment ecosystem untuk menangkap potensi bisnis baru dari transaksi masyarakat.
"Kami optimistis mencapai target tersebut, dengan tetap tumbuh secara selektif di segmen UMKM, khususnya mikro dan sektor tidak terdampak Covid-19 seperti pertanian, perdagangan sembako, dan kesehatan, menjaga kualitas kredit, dan efisiensi biaya dana dengan fokus menghimpun CASA," sebutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel