Bisnis.com, JAKARTA — Merger antara PT Bank Rabobank Internasional Indonesia dengan PT BCA Syariah dipandang baik oleh pengamat perbankan syariah, bukan hanya untuk kedua bank tapi juga bagi perbankan syariah secara keseluruhan.
Jika rencana merger tersebut direalisasikan, maka ekspansi pasar perbankan syariah diyakini bakal lebih agresif pascapandemi Covid-19.
Direktur Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syariah Institute Pertanian Bogor (CIEST-IPB) Irfan Syauqi Beik berharap proses merger dapat dilakukan dengan cepat dan lancar.
"Tentu ini akan sangat membantu pengembangan individu bank tersebut dan industri perbankan syariah secara keseluruhan," katanya kepada Bisnis, Minggu (30/8/2020).
Irfan menilai Rabobank adalah bank yang memiliki jaringan yang cukup luas dan masih mampu untuk dipertahankan, bahkan dikembangkan kembali oleh BCA Syariah.
Lagi pula, sambungnya, BCA Syariah sudah diperkuat dengan modal yang cukup oleh induknya, yakni PT Bank Central Asia Tbk., sehingga akan membantu ekspansi pembiayaan khususnya pada kuartal keempat tahun ini.
"Timing-nya sudah sangat tepat. Tinggal nanti operasional ekspansi pembiayaanya saja seiring dmegan pemulihan ekonomi nasional akhir tahun," lanjut Irfan.
Wakil Ketua Harian Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) sekaligus Founder Karim Consulting Adiwarman Karim, Adiwarman A. Karim pun mengatakan hal serupa.
"Tahun 2021 diperkirakan prospek perbankan syariah membaik. Setahu saya ada 9 inisiatif yang melibatkan 21 bank, sehingga dampak positifnya kami harap akan dirasakan pada 2021," sebutnya.
Rencana merger ini beredar menyusul disetujuinya akuisisi Rabobank oleh BCA dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BCA pada akhir Juli 2020. Selanjutnya, BCA tengah dalam proses pengajuan persetujuan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Jika proses ini lancar, akuisisi diharapkan dapat dilakukan pada September 2020. Setelah itu, dilanjutkan dengan merger antara Rabobank dengan BCA Syariah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel