Industri TPT Waspadai Daya Beli Masyarakat di Semester II/2020

Bisnis.com,01 Sep 2020, 18:45 WIB
Penulis: Andi M. Arief
Seorang karyawan tengah menjahit seragam militer di pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk. Divisi garmen merupakan salah satu pilar usaha perusahaan tekstil berbasis di Solo tersebut./sritex.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menunjukkan tren pemulihan walau kondisi per Agustus 2020 belum kembali normal. Walaupun angka Purchasing Manager's Index (PMI) nasional telah ekspansif, industriwan menilai daya beli masyarakat bisa jadi penghambat perbaikan sektor manufaktur.

Per Agustus, angka PMI nasional berada di level 50,8 atau naik 390 basis poin (bps) dari realisasi Juli 2020 di level 46,9. Secara tahunan, realisasi PMI Agustus 2020 naik 180 bps dari posisi Agustus 2019 di level 49,0.

"Mungkin [pendorong PMI] di sektor lain. Tren [aktivitas pabrikan] positif so far. Tinggal hambatan ke depan daya beli masyarakat agak stagnan. Kalau tidak terungkit segera, pasar lokal [serapannya bisa menurun]," ucap Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Rakhman kepada Bisnis, Selasa (1/9/2020).

IHS Markit mencatat kenaikan PMI Indonesia per Agustus 2020 diduga berasal dari pembelian yang tertahan selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Rizal pun menilai pergerakan arus barang TPT pada bulan kedelapan 2020 merupakan produk yang ada di gudang industri dan peritel.

Dengan kata lain, PMI Agustus 2020 tidak menggambarkan perbaikan aktivitas produksi industri TPT pada saat yang sama. Rizal menilai kondisi industri TPT baru akan tercermin pada angka PMI sekitar kuartal IV/2020.

Risal menyatakan utilisasi industri tekstil pada medio kuartal III/2020 berada di kisaran 50 persen, sedangkan industri garmen baru mencapai posisi 80 persen. Idealnya, utilisasi industri tekstil berada di kisaran 70-80 persen, sementara itu industri garmen di kisaran 90 persen.

Oleh karena itu, RIzal berpendapat peningkatan daya beli masyarakat menjadi kunci agar barang hasil produksi pabrikan dapat diserap konsumen pada akhir 2020. "Kalau daya beli tidak terdongkrak, ini [grafik perbaikan industri TPT] akan datar."

Selain daya beli, Rizal menilai pengaturan tata niaga produk TPT impor menjadi kunci, khususnya pakaian jadi impor. Badan Pusat Statistik (BPS) mendata nilai impor pakaian jadi naik 3,95 persen secara tahunan pada 2019 menjadi US$830,3 juta.

Rizal menyatakan pihaknya telah mengusulkan langkah non tariff barier (NTB) berupa pemindahan pelabuhan entry point ke daerah Papua kepada pemerintah. Selain itu, API masih dalam tahap administrasi dalam mengusulkan penerbitan safeguard produk pakaian jadi.

"Daya beli [rendah] dan impor pakaian jadi. Ini faktor penghambat naiknya kinerja industri TPT," ucapnya.

Sejauh ini rata-rata PMI kuartal III/2020 masih berada di posisi kontraksi atau di level 48,8. Dengan kata lain, PMI September 2020 setidaknya harus menyentuh angka 52,3 atau naik 150 bps secara bulanan agar rata-rata PMI kuartal III/2020 berada di posisi netral.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini