Bisnis Properti Apartemen Lesu, Investor Masih Wait and See

Bisnis.com,01 Sep 2020, 14:10 WIB
Penulis: Desyinta Nuraini
Apartemen di Jakarta./Bisnis/Arief Hermawan P.

Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi bisnis properti subsektor apartemen terpuruk dihantam kondisi pandemi virus corona jenis Covid-19, berbeda dengan perumahan terutama landed houses yang msih dapat diandalkan pengembang untuk menghasilkan pendapatan.

“Penjualan apartemen sangat terpuruk dibandingkan dengan perumahan selama pandemi Covid-19,” ungkap Manager Research & Consultant Coldwell Banker Commeris Angra Angreni.

Dia mengemukakan kondisi paling parah dalam penjualan apartemen terjadi pada April–Mei 2020 sehingga membuat pengembang tak mampu mencapai target.

Menurut catatan Coldwell, penjualan apartemen kuartal II/2020 sangat jauh dari nilai yang ditargetkan. Pengembang kehilangan investor sebagai target pasar, karena kecenderungan wait and see.

Dalam  keadaan seperti itu, profil end-user menjadi opsi yang paling realistis sebagai target pasar, meskipun cenderung lebih terbatas jika dibandingkan dengan investor yang terkadang membeli sekaligus beberapa unit.

Pasokan baru dan permintaan bersih unit apartemen pada kuartal II/2020 juga lebih sedikit dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Menurut, Angra permintaan bersih mengalami penurunan hingga 46,3 persen yang mengakibatkan kenaikan rata-rata tingkat penjualan kurang dari 1 persen. Secara rata-rata, harga jual apartemen di Jabodetabek hanya naik 0,2 persen. "Penyerapannya terbatas, investor masih wait and see," tutur Angra.

Dia mengutarakan tingkat penjualan tertinggi berasal dari apartemen di Jakarta yaitu 93,5 persen sehingga unit yang tersisa cenderung terbatas, sedangkan rata-rata tingkat penjualan di Bodebek dan Tangerang berturut-turut 86,7 persen dan 85,8 persen.

Penyerapan unit apartemen yang paling banyak selama kuartal II/2020 dikontribusi oleh proyek apartemen di Tangerang, yang didominasi oleh apartemen kelas middle up di BSD dan Bintaro, diikuti Bodebek dengan penyerapan unit tertinggi pada proyek apartemen middle low, terutama di Bekasi.

Apartemen Menengah Bawah

Senada dengan Coldwell, Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto menyebut penjualan apartemen hingga Juni anjlok.

Hanya dua proyek yang mengalami peningkatan penjualan besar karena baru dipasarkan. Sisanya, hampir tidak ada penjualan sama sekali, karena banyak marketing gallery dan show unit yang tutup selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

“Mayoritas penjualan terjadi di apartemen kelas menengah ke bawah. Analisa kami, tingkat serapan akan turun 1 persen hingga 2 persen pda akhir tahun," ungkapnya.

Saat ini calon pembeli yang menggunakan pinjaman bank masih berpikir dari banyak sisi seperti pekerjaannya dan kemampuan mencicil di tengah ketidakpastian ini. Di sisi lain, investor berpikir ulang, karena harga sewa masih tertekan, sehingga harapan imbal balik yang menarik pun berkurang.

Colliers mencatat harga jual apartemen khususnya di Jakarta pada kuartal II/2020 masih stagnan di angka Rp34,95 juta per m2. Namun, mereka memprediksi kemungkinan ada sedikit penyesuaian harga sebesar 0,4 persen pada akhir 2020.

Ferry menyebut pengembang mengganti strategi penjualan dari yang awalnya fokus ke offline menjadi online. Mereka juga lebih banyak iklan dalam pencegahan virus corona, dan membuat cara bayar yang lebih ringan, seperti memperpanjang tenor cicilan dan menghilangkan uang muka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Syahran W. Lubis
Terkini