China Buka Penerbangan, Garuda Indonesia Dapat Jatah ke Chengdu

Bisnis.com,01 Sep 2020, 15:06 WIB
Penulis: Anitana Widya Puspa
Pesawat Airbus A330-900neo milik Garuda Indonesia di Hanggar 2 GMF AeroAsia, Rabu (27/11/2019) malam./Bisnis-Rio Sandy Pradana

Bisnis.com, JAKARTA – Maskapai nasional mulai membuka rutenya ke China dengan frekuensi sekali seminggu untuk satu rute seiring dengan kebijakan otoritas dalam melonggarkan pembatasan penerbangan internasionalnya.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan sejumlah penerbangan internasional ke China masih ditutup hingga saat ini. Namun, pemerintah negeri Tirai Bambu telah mengeluarkan kebijakan agar maskapai asing dapat menerbanginya dengan batasan maksimal untuk satu maskapai dengan satu rute yang memiliki frekuensi satu kali dalam seminggu.

Kebijakan itu dikeluarkan setelah China menutup penerbangannya selama hampir empat bulan lebih. Irfan mengaku cukup terkejut ketika pihaknya memperoleh rute ke Chengdu, sedangkan anak usahanya, Citilink, mendapat rute ke Kunming yang bukan merupakan kota-kota utama di China.

“Kebijakannya Satu maskapai satu kota sekali dalam seminggu, tapi nggak masalah dan nggak perlu diributkan dengan rute ke kota mananya karena warga negara China yang mau balik juga tak mempermasalahkan. Infrastruktur darat di China masif ya jadi dari mendarat di kota manapun tetap bisa menjangkau wilayah tujuan masing-masing,”jelasnya, Selasa (1/9/2020).

Irfan melanjutkan untuk rute-rute internasional lainnya, Garuda masih menutup rute dari dan ke daerah wisata akibat pengurangan aktivitas wisatawan asing. Maskapai pelat merah tersebut mencontohkan belum membuka rute ke Bali-Jepang.

Namun dengan pertimbangan kepentingan bisnis dan repatriasi rute ke Jepang dan Korea Selatan dilakukan melalui Jakarta.

Maskapai dengan jenis layanan penuh tersebut menjelaskan selama pandemi pengurangan frekuensi rute internasional telah dilakukan. Utamanya rute ke Belanda yang saat ini masih seminggu sekali dari sebelumnya enam kali dalam seminggu.

Penerbangan ini mayoritas merupakan repatriasi yang penumpanya membayar secara personal bukan dibiayai oleh negaranya. Tak hanya frekuensi, Irfan juga mengaku sebelum pandemi terdapat rute penerbangan internasional yang lebih dulu dihentikan karena tingkat okupansi yang minimum, seperti London-Nagoya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini