Dompet Digital Jadi Pelumas Pemulihan Ekonomi

Bisnis.com,02 Sep 2020, 19:12 WIB
Penulis: Akbar Evandio
Ilustrasi e-wallet./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Dompet digital diperkirakan menjadi pelumas untuk menggenjot daya beli masyarakat dalam rangka pemulihan ekonomi Tanah Air.

Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef Bhima Yudhistira menyebutkan bahwa penetrasi perdagangan elektronik (e-commerce) selama pandemi Covid-19 terhadap total penjualan ritel nasional mencapai 5 persen sehingga berkorelasi pada penggunaan dompet digital.

“Pandemi Covid-19 memberikan korelasi terhadap kenaikan penggunaan dompet digital, sehingga karena momentum ini harus dimanfaatkan untuk mengakselerasi platform digital, salah satunya dompet digital,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (2/9/2020)

Dia mengatakan bahwa potensi dompet digital terhadap pemulihan ekonomi amat besar mengingat jumlah pengusaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berjumlah 67 unit.

“Ini momentum yang tepat mengintegrasikan UMKM ke dalam ekosistem digital. Dan, idealnya agar pemerintah juga menggandeng dompet digital sehingga pemulihan ekonomi akan lebih inklusif untuk menghadirkan UMKM yang go digital,” tuturnya.

Ketua Bidang Ekonomi Digital idEA Bima Laga pun mengamini bahwa dompet digital mampu memberikan akselerasi untuk menstimulus minat masyarakat dalam melakukan kegiatan jual-beli dan transaksi.

“Kuncinya adalah ekonomi dan literasi digital harus ditingkatkan. Kalau UMKM menggunakan dompet digital lebih memudahkan mereka untuk mengintegrasikan dan mengakselerasi bisnis mereka,” jelasnya.

Rhesa Dwi Prabowo, Head of High Tech, Property & Consumer Goods Industry MarkPlus, Inc. melihat bahwa saat ini adanya kecenderungan masyarakat Indonesia untuk menggunakan sistem pembayaran non-tunai ketika berbelanja secara online selama pandemi, terutama di masa penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

“Dari hasil survei tersebut, kami melihat adanya kecenderungan peningkatan transaksi secara digital, karena masyarakat lebih memilih memenuhi kebutuhannya secara daring,” ujarnya.

Rhesa mengatakan bahwa MarkPlus, Inc. menggelar survei penggunaan dompet digital dalam tiga bulan terakhir selaras dengan meningkatnya transaksi digital di masa pandemi Covid-19,

Dia menjabarkan bahwa ShopeePay unggul dengan pangsa pasar sebesar 26 persen dari total volume transaksi dompet digital di Indonesia, disusul OVO dengan perolehan 24 persen, GoPay di 23 persen, kemudian DANA di 19 persen, dan LinkAja sebesar 8 persen.

Dia juga menyebutkan bahwa ShopeePay menjadi merek paling sering digunakan di masa pandemi, dengan frekuensi transaksi rata-rata mencapai 7 kali di tiap bulannya.

“Disusul oleh DANA dengan rata-rata penggunaan sebanyak 6,4 kali tiap bulan, OVO dengan rata-rata 6,2 kali, GoPay rata-rata 6,1 kali, dan LinkAja rata-rata 5,7 kali,” ungkapnya.

Lebih lanjut, dia menjabarkan bahwa di masa pandemi Covid-19, ShopeePay menempati peringkat pertama dengan total nominal transaksi terbesar per bulan sekitar Rp149.000.

“Selanjutnya disusul LinkAja, DANA, dan OVO di sekitar Rp134.000, serta GoPay sekitar Rp109.000,” jelasnya

Sementara itu, untuk nominal transaksi per bulan tersebut, dia menyebutkan bahwa ShopeePay kembali unggul berdasarkan total nilai transaksi dengan pangsa pasar 29 persen.

Selanjutnya, dia mengatakan bahwa peringkat selanjutnya diikuti OVO dengan 24 persen, GoPay dengan 19 persen, DANA dengan 19 persen, dan LinkAja dengan 8 persen.

“Konsolidasi dompet digital dan platform e-commerce dari tahun ke tahun kian menjadi resep sukses untuk mendongkrak kesempatan memimpin pasar. Dalam konteks pandemi, integrasi ini tentunya semakin mempermudah pengalaman belanja daring masyarakat,” ungkapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini