Diplomasi Covid-19 Indonesia Sudah Baik, Bagaimana dengan Natuna?

Bisnis.com,03 Sep 2020, 16:56 WIB
Penulis: Nindya Aldila
Ilustrasi peta kawasan Laut China Selatan. China mengklaim secara sepihak hampir semua Laur China Selatan, dan menerapkan area udara pertahanan di atas wilayah itu. Sampai kini China tidak menetapkan koordinat pasti Sembilan Garis Putus-putus yang dijadikan dasar klaim sepihak mereka./beforeitnews.com

Bisnis.com, JAKARTA - Diplomasi Indonesia dinilai sudah menunjukkan capaian yang baik terutama di tengah pandemi virus Corona atau Covid-19. Namun, Indonesia diyakni perlu lebih tegas dalam menghadapi China yang semakin menunjukkan arogansinya di Laut China Selatan.

Pakar hubungan internasional Universitas Padjadjaran (Unpad) Teuku Rezasyah mengatakan Indonesia berhasil memanfaatkan momentum dengan baik sehingga menghasilkan nilai tambah dalam berbagai pencapaian. 

"Indonesia berhasil menunjukkan rasa sepenanggungan dengan negara lain, seperti Australia, China, AS, Korsel, Asean. Di sinilah terbukti bahwa diplomasi Indonesia punya konsep," ungkapnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (3/9/2020).

Hal ini terlihat dari kerja sama yang dihasilkan selama pandemi. Kedekatan dengan negara lain seperti Korea Selatan juga telah membawa potensi investasi besar bagi Indonesia di sektor otomotif.

Seperti diketahui, produsen roda empat asal negeri ginseng, Hyundai telah menekan investasi pembangunan pabrik di Cikarang senilai US$1,5 miliar. Kendati Covid-19, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) meyakini proyek tetap berlanjut.

Kendati demikian, Rezasyah menilai diplomasi Indonesia masih belum maksimal ketika menghadapi isu Laut China Selatan. Menurutnya, China sengaja memanfaatkan momentum pandemi yang tengah menyibukkan negara-negara.

"Kedaulatan harga mati. Pesan ini harus disampaikan. Selama ini kan kita selalu ngomong kita bukan negara claimant, kita akan menunggu code of conduct, declaration of conduct. Selalu normatif, akibatnya ini buying time," katanya. 

Menurutnya, Indonesia harus lebih tegas lantaran arogansi China ini dapat membahayakan posisi Laut Natuna. 

Seperti diketahui, nine dash line China memasukkan Laut Natuna sebagai wilayahnya. Padahal sesuai Unclos 1982, Laut Natuna Utara adalah wilayah laut yang masuk ke dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.

"Kita harus lebih tegas sekarang, tidak bisa lagi kita bilang kita non claimant, kita harus lebih keras dari itu. Jadi bebas aktif kita harus dipakai dengan rumus kreatif," ungkapnya.

Salah satunya yakni dengan mengoptimalkan kemitraan strategis dengan AS dan memperkuat militer Indonesia. Perluasan pengaruh China di Laut China Selatan akan memperberat AS yang secara tidak langsung akan berbagi beban dengan Indonesia. 

Semakin kuat militer dan politik, sosial, pertahanan, dan keamanan Indonesia, maka semakin kuat juga nilai tambah bagi AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Oktaviano DB Hana
Terkini