Pemulihan Ekonomi Lamban, Fintech Lending Bakal Jadi Tumpuan UMKM

Bisnis.com,03 Sep 2020, 16:22 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr

Bisnis.com, JAKARTA - Teknologi finansial peer-to-peer lending (Fintech P2P Lending) dinilai bakal bisa jadi tumpuan para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk tetap bertahan andaikata ekonomi Indonesia tak mampu pulih dalam waktu cepat.

Hal ini diungkap Menteri Keuangan RI 2013-2014 Chatib Basri dalam diskusi virtual bertajuk Peran Fintech Pendanaan Bersama dalam Akselerasi Penyaluran Stimulus Program Pemulihan Ekonomi Nasional, Kamis (3/9/2020).

"Menurut saya, semoga saja saya keliru, tapi pemulihan kita bentuknya tidak akan V, tapi mungkin U, jadi projectory path pemulihannya mungkin masih agak panjang," jelas pria yang kini dipercaya sebagai Dewan Penasihat Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).

Oleh sebab itu, tantangan yang perlu diperhatikan betul dalam periode ini, yaitu memastikan bahwa para pelaku UMKM kita tidak kehabisan napas di tengah jalan menuju era pulih sepenuhnya.

"Katakanlah UMKM yang tidak punya tabungan, napas mereka pendek kalau dipaksa menjalani periode pemulihan yang panjang. Jangan sampai walaupun nantinya ekonomi pasti pulih, sudah banyak di antara mereka yang tutup duluan," tambahnya.

Dia menuturkan, pada masa-masa ini, fenomena credit crunch atau keengganan perbankan menyalurkan kredit akan semakin marak. Hal itu membuat peran fintech lending dengan beragam kelebihannya dibutuhkan untuk menjadi subtitusi lembaga keuangan konvensional dalam periode ini.

Menurut Chatib, keunggulan fintech lending dibandingkan lembaga keuangan konvensional dalam memberikan napas bagi UMKM, yaitu akses yang mudah, tanpa agunan, dan kecepatan, merupakan kunci bagi UMKM bertahan dalam masa pemulihan ekonomi.

Ketua Umum AFPI Adrian Gunadi menambahkan, bahwa para penyelenggara fintech lending di Indonesia siap mendapat peran lebih dalam pemulihan ekonomi nasional. Perusahaan pembiayaan berbasis teknologi, lanjutnya, dapat membantu lewat kelebihannya dalam hal contactless, data, dan credit scoring.

"Jadi benar, kalau dikatakan kita ini 'penduduk asli' ekosistem keuangan digital. Karena ketika semua lembaga keuangan itu masih pada tataran adoption, kita sudah adaptation. Apa yang akan dibutuhkan ketika pandemi ini sudah ada dalam darah kita, bahkan sejak kita lahir sebagai startup," jelasnya.

Adrian menjelaskan para anggotanya siap menyumbangkan segala kemampuannya untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional (PEN). Misalnya, data para UMKM yang pernah menjadi borrower fintech lending, dapat dimanfaatkan pemerintah dalam melakukan pemetaan, bagaimana UMKM Indonesia yang membutuhkan modal segera.

Sementara  itu, sistem credit scoring digital milik fintech lending dapat dikolaborasikan bersama perbankan atau lembaga keuangan lain, agar mereka mampu lebih masif dan percaya diri dalam melakukan penyaluran pendanaan.

"Ini penting karena saya melihat, belum semua UMKM merasakan dampak PEN, terutama yang menengah atau biasa kita sebut missing middle. Padahal, yang menengah ini patut diperhatikan karena mereka sudah punya karyawan, dan kontribusi mereka ke pendapatan domestik bruto [PDB] kita besar," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini