Direktur Eijkman: Kesuksesan Penanganan Corona 80 Persen di Tangan Masyarakat

Bisnis.com,04 Sep 2020, 12:36 WIB
Penulis: Mutiara Nabila
Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Dimyati (dari kanan), bersama Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Kemenristekdikti Amin Soebandrio, dan Direktur Manufaktur PT Kalbe Farma Tbk. Pre Agusta menjadi pembicara pada peluncuran program Ristekdikti-Kalbe Science Awards (RKSA) 2018, di Unair, Surabaya, Selasa (8/5)./JIBI-Wahyu Darmawan

Bisnis.com, JAKARTA – Kasus Covid-19 di Indonesia terus bertambah, tiap hari kasusnya terus menembus rekor pada hari sebelumnya. Dalam upaya pencegahannya, peran masyarakat paling besar.

Direktur LBM Eijkman Amin Soebandrio mengatakan bahwa 80 persen keberhasilan mengendalikan Covid-19 ada di masyarakat dari semua lapisan, tak memandang dari kalangan mana.

“Kalau semuanya disiplin, mematuhi aturan tidak harus diawasi petugas, itu keberhasilannya akan bisa lebih cepat dicapai,” ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (3/9/2020).

Tercatat, sampai Kamis (3/9/2020), kasus Covid-19 di Indonesia bertambah 3.622 kasus sehingga totalnya 184.268. Sementara, yang sembuh bertambah sebanyak 2.084 kasus sehingga totalnya 132.055, dan yang meninggal bertambah 134 orang menjadi 7.750 orang.

Mengingat adanya mutasi Virus Corona menjadi D614G, yang disebut lebih cepat menyebar dan lebih berbahaya, masyarakat harus tetap waspada, tapi tak perlu panik.

“Mutasi D614G itu lebih berbahaya baru terdeteksi di laboratorium, di luar belum tahu. Tapi, tidak mengubah bagaimana kita melaksanakan protokol kesehatan, jadi tetap 3M [memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak] harus dilakukan. Masyarakat tidak perlu panik tapi tetap harus terus waspada,” ujarnya.

Amin menegaskan sekalipun nanti vaksin sudah tersedia, tidak berarti pandemi akan langsung selesai.

Mutasi Virus Corona D614G yang diteliti di laboratorium diketahui lebih cepat masuk ke dalam sel, karena difasilitas oleh spike-nya yang lebih kuat dan stabil.

Orang awam memang tidak akan bisa membedakan virus yang lama dengan yang sudah bermutasi, karena secara gejala tidak berbeda dengan virus yang sudah beredar sebelumnya.

“Virus yang bermutasi ini tidak menyebabkan perbedaan gejala klinis. Jadi secara gejala sama, respons penyakit itu terhadap obat tidak berbeda juga. Tidak juga mempengaruhi perjalanan virusnya,” jelas Amin.

Dikatakan, pembatasan sosial berskala besar (PSBB), sudah benar dan sudah baik. Hanya saja, perlu kedisiplinan dan kepatuhan seluruh pihak untuk melaksanakan protokol kesehatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini