Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. memproyeksi akan ada tambahan rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) setelah relaksasi berakhir.
Berdasarkan laporan publikasi Bank Mandiri, rasio NPL per semester I/2020 mencapai 3,3 persen atau naik 69 basis poin (bps) dari periode sama tahun lalu. Padahal, pada semester I/2019, NPL gross Bank Mandiri mampu turun menjadi 2,64 persen dari posisi 3,13 persen pada semester I/2018.
Meskipun demikian, NPL pada semester I/2020 tercatat masih lebih rendah daripada realisasi paruh pertama 2017 yang sebesar 3,79 persen.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin memproyeksi terjadi penambahan NPL sebesar 1,5 persen hingga 2 persen pasca berakhirnya relaksasi. Bank Mandiri optimistis mampu menjaga NPL berada di kisaran 3,5 persen hingga 3,6 persen sampai dengan akhir 2020.
"Namun demikian, setelah relaksasi kolektibilitas sesuai POJK 11/2020 berakhir tahun depan pada Maret 2021, maka kami perkirakan sebagian debitur-debitur yang direstrukturisasi akibat pandemi covid-19 tersebut akan berpotensi menjadi NPL khususnya yang memang sejak awal memiliki kinerja kurang baik dan dalam kategori risiko yang tinggi," katanya kepada Bisnis, Kamis (10/9/2020).
Siddik menjelaskan peningkatan NPL Bank Mandiri pada semester I/2020 disebabkan oleh penurunan kinerja debitur-debitur di seluruh segmen akibat pemburukan kondisi makro ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
Pada kuartal II/2019 ekonomi Indonesia masih tumbuh 5,05 persen (yoy) tetapi pada kuartal II/2020 NPL mengalami kontraksi 5,32 persen (yoy).
"Secara industri, NPL perbankan nasional juga mengalami peningkatan akibat pemburukan kondisi makroekonomi ini," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel