9 Sektor Bawa IHSG Menguat di Akhir Sesi I

Bisnis.com,11 Sep 2020, 12:46 WIB
Penulis: Dhiany Nadya Utami
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (9/9/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) berhasil membalikkan keadaan di akhir penutupan sesi I perdagangan hari ini, Jumat (11/9/2020) kendati aksi jual asing masih deras.

Setelah mengawali perdagangan di zona merah, IHSG bergerak ke atas sampai akhirnya parkir di level 4.954,42 setelah menguat 62,96 poin atau 1,29 persen dibanding posisi penutupan kemarin.

Adapun, pada perdagangan hari sebelumnya, Kamis (10/9/2020), IHSG ambruk hingga ditutup terkoreksi 5 persen atau 257,91 poin ke level 4.891,46.

Sebanyak 9 dari 10 indeks sektoral juga berbalik menghijau dengan penguatan paling tinggi dialami oleh sektor pertambangan dan agrikultur yang masing-masing menguat 2,6 persen dan 2,58 persen. Kemudian diikuti sektor properti 2,18 persen dan sektor infrastruktur 2,12 persen.

Di sisi lain, hanya sektor industri dasar yang masih berada di zona merah pada akhir sesi I dengan pelemahan tipis 0,16 persen.

Kendati demikian, investor asing masih berbonding-bondong keluar dari pasar Indonesia. Tercatat, aksi jual bersih asing mencapai Rp1,73 triliun di seluruh pasar.

Tiga saham perbankan jumbo menempati posisi atas daftar saham yang paling banyak dilego asing. PT Bank Cental Asia Tbk. (BBCA) ada di posisi pertama dengan mencatatkan net foreign sell hampir Rp1 triliun, tepatnya Rp966,8 miliar.

Mengekor BBCA, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) juga dilepas oleh banyak investor dengan total nilai Rp447,7 miliar dan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dengan total nilai Rp92,4 miliar.

Meskipun demikian, ketiga saham big caps itu lolos dari zona merah. BBCA terpantau menguat 0,60 persen dan BMRI naik 0,47 persen, sedangkan BBRI stagnan alias ada di zona kuning.

Sebelumnya, analis memprediksi IHSG akan melanjutkan pelemahannya pada perdagangan kemarin. Pasalnya, sentimen negatif akibat adanya rencana pembatasan sosial berskala besar (PSBB) total masih kuat.

“Karena PSBB akan menyebabkan banyak aktivitas termasuk aktivitas perekonomian tidak akan bisa berjalan normal,” ujar Analis Artha Sekuritas Dennies Christopher dalam riset hariannya, seperti dikutip Bisnis, Jumat(11/9/2020)

Sementara itu, Head Equity Trading MNC Sekeuritas Medan Frankie Wijoyo mengatakan hal yang perlu dicermati adalah meski keputusan Gubernur DKI Jakarta bertujuan untuk mengantisipasi penambahan jumlah case COVID-19 yang signifikan di Jakarta, tapi kebijakan ini kabarnya belum direstui pemerintah pusat. 

Sehingga, kata Frankie, keputusan di hari Senin depan bahwa DKI Jakarta akan merenapkan PSBB total bukan transisi masih akan negosiasi lebih lanjut karena dampak negatif dari sisi ekonomi dari PSBB jauh lebih masif. Meski memang pro dan kontra dengan kesehatan.

"Harusnya saat ini market sudah priced-in kekhawatiran karena sentimen PSBB tersebut," ujar Frankie.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini