Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan masih hati-hati dalam menawarkan promo bunga kredit, khususnya untuk pembiayaan baru di tengah pandemi Covid-19 yang menekan perekonomian.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengungkap hal ini terutama akibat belum ada angin segar dari tren cost of fund, di mana suku bunga kredit perbankan sebagai pendana mayoritas memiliki pengaruh besar.
"Pinjaman kita kebanyakan dari perbankan. Jadi kalau bunga mereka masih biasa, kita juga tidak bisa kasih bunga spesial ke konsumen, karena kita juga sedang sulit, kita juga memberikan relaksasi. Jadi sekarang prioritasnya survive, bertahan, bisa menggaji karyawan," ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (10/9/2020).
Terpisah, Direktur Keuangan PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFI Finance) Sudjono menjelaskan lebih lanjut bahwa selama masa pandemi dan new normal, beberapa faktor membuat biaya dana masih bertahan tinggi. Padahal bunga acuan dari Bank Indonesia (BI 7 Days Reverse Repo Rate/ BI-7DRRR) sudah beberapa kali mengalami penyesuaian.
"Di satu sisi, likuiditas membaik dan suku bunga acuan turun. Tapi di sisi lain, risk premium naik, sehingga jatuhnya ke bunga pinjaman kurang lebih sama," jelasnya kepada Bisnis.
Sekadar informasi, Bank Indonesia sejak awal 2020 memang telah menurunkan suku bunga BI-7DRRR 4 kali dengan masing-maasong penurunan sebesar 25 basis poin. Dari semulai 5% pada Januari 2020, kemudian turun 25 bps menjadi 4,75% pada Februari 2020.
Penurunan berlanjut pada Maret 2020 sebesar 25 bps menjadi 4,50%. Pada Juni 2020, Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 4,25%. Terakhir, penurunan suku bunga acuan BI dilakukan pada Juli 2020 sebesar 25 bps menjadi 4,00%.
Sementara itu, rerata tertimbang suku bunga kredit modal kerja perbankan per Juli 2020 masih 9,47 persen, atau hanya turun tipis dari bulan sebelumnya sebesar 9,48 persen. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan suku kredit secara agregat atau rata-rata di perbankan saat ini berada di level 9,99 persen.
"Maka, untuk suku bunga pembiayaan, kecenderungannya juga masih bertahan karena mengikuti suku bunga perbankan. Saya rasa kalau dampak Covid-19 sudah terukur, maka suku bunga cenderung akan turun untuk memberikan stimulus pertumbuhan," tambah Sudjono.
Setali tiga uang, PT Mandiri Tunas Finance juga menyatakan hal senada kendati perseroan termasuk salah satu multifinance yang terafiliasi dengan grup perbankan.
Direktur Keuangan MTF Armendra menjelaskan bahwa pihaknya pun masih akan menjalankan langkah-langkah selektif dalam memberikan penawaran spesial di pembiayaan baru.
"Tentunya kita baru berani memberikan penyesuaian bunga untuk yang DP-nya besar, lebih dari 25 persen, dan tenor pendek 1-3 tahun. Kalau DP 15-20 persen dan tenor lebih 3 tahun, kita lihat masih menyimpan potensi risiko tinggi ke depannya," ujarnya kepada Bisnis.
Armendra membenarkan bahwa secara umum penurunan cost of fund dari perbankan membantu mendorong multifinance aktif melakukan pembiayaan baru dan memberikan tawaran menarik untuk stimulus pertumbuhan.
"Namun, akan kembali kepada dua hal, yakni ketersediaan supply unit, dan kekuatan likuiditas multifinance dalam memproyeksi kondisi perekonomian hingga akhir tahun," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel