Vaksin Covid-19 Hadapi Perbedaan Tingkat Kepercayaan di Seluruh Dunia

Bisnis.com,12 Sep 2020, 15:23 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Virus Corona Rusia yang dikembangkan oleh Institut Penelitian Ilmiah Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya./Xinhua-RDIF Rusia

Bisnis.com, JAKARTA – Ada banyak pendapat yang di seluruh dunia mengenai keamanan, keefektifan, dan pentingnya vaksin. Hal ini diperkirakan memberikan tantangan bagi petugas kesehatan begitu vaksin Covid-19 tersedia.

Dilansir dari Bloomberg, jurnal medis The Lancet menunjukkan kepercayaan terhadap vaksin telah menurun dalam beberapa tahun terakhir di sejumlah negara, seperti Korea Selatan, Indonesia, Pakistan, dan Polandia.

Jurnal tersebut juga menunjukkan, meskipun dukungan untuk inokulasi di Eropa tetap rendah dibandingkan dengan kawasan lain, ada tanda-tanda bahwa kepercayaan terhadap vaksin meningkat di Finlandia, Prancis, Italia, Irlandia, dan Inggris.

Para periset mengatakan mereka yakin penelitian mereka, yang berdasarkan lebih dari 284.000 responden orang dewasa yang disurvei di 149 negara antara 2015 dan 2019, menjadi upaya terbesar hingga saat ini untuk mengukur kepercayaan global terhadap vaksin.

Ketidakstabilan politik dan ekstremisme agama di sejumlah negara memicu skeptisisme. Selain itu, penyebaran informasi yang salah mengancam untuk mengganggu program vaksinasi di seluruh dunia.

Kepercayaan yang menurun dapat menyebabkan penundaan pengembangan dan membuat orang enggan untuk mendapatkan suntikan, sehingga berpotensi membuat berjangkitnya penyakit termasuk campak, polio, dan meningitis.

Heidi Larson, profesor di London School of Hygiene and Tropical Medicine yang memimpin penelitian, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa laporan tersebut dapat membantu menentukan di mana akan ada lebih banyak kepercayaan dan kesiapan yang dibutuhkan untuk vaksin Covid-19.

Namun, banyak masalah berbeda terjadi di seluruh dunia. Jumlah orang yang sangat tidak setuju bahwa vaksin aman meningkat secara signifikan di enam negara, termasuk Azerbaijan, Afghanistan dan Serbia, menurut jurnal tersebut.

Di Filipina, kekhawatiran atas vaksin demam berdarah memicu hilangnya kepercayaan diri yang juga tampaknya mempengaruhi penggunaan vaksinasi rutin.

Sementara itu di Polandia, gerakan anti-vaksin yang terorganisir telah menurunkan persentase orang yang setuju bahwa vaksin aman menjadi 53 persen pada 2019 dari 64 persen setahun sebelumnya. Namun di Prancis, negara dengan kepercayaan terhadap vaksin rendah, angka itu melonjak menjadi 30 persen dari 22 persen pada periode yang sama.

Dukungan telah meningkat di AS dengan lebih banyak orang menentang gerakan anti-vaksin. Namun, ketika para pengembang memacu upaya untuk menghasilkan vaksin Covid-19, survei terbaru mengungkapkan keraguan di negara ini dan bagian lain dunia.

Dalam jajak pendapat Gallup bulan lalu, sekitar sepertiga warga Amerika mengatakan mereka tidak akan mendapatkan vaksin begitu tersedia.

Ahli Bedah Umum AS Jerome Adams awal pekan ini menandai pentingnya bekerja dengan komunitas agama, selebriti, influencer media sosial, dan dokter untuk menekankan pentingnya vaksin. Dia sudah berbincang dengan Lady Gaga, T.I., dan Kylie Jenner tentang kampanye untuk mempromosikan vaksinasi.

“Tanpa investasi global yang substansial dalam pengawasan keamanan vaksin aktif, pemantauan berkelanjutan terhadap persepsi publik, dan pengembangan strategi komunikasi yang cepat dan fleksibel, ada risiko vaksin SARS-CoV-2 tidak pernah mencapai potensinya,” ungkap Daniel Salmon, seorang profesoro di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini