Bisnis.com, JAKARTA – Sally Kang Eun Jung, 36 tahun, mengaku tak bisa kembali ke negara asalnya, Korea Selatan, karena tak punya uang. Satu-satunya harapan dia, PT Asuransi Jiwasraya bisa melunasi dananya yang telah dinvestasikan sejak Februari dua tua tahun silam.
"Saya mau pulang ke Korea enggak bisa karena enggak ada uang. Uang masih di Jiwasraya," kata Sally di depan gedung Bank KEB Hana Indonesia di kawasan Semanggi, Jakarta Selatan, seperti dikutip Tempo.
Kesulitan lain datang dari suami Sally. Menurut perempuan beranak dua ini, kesulitan menjalani hidup ini mulai terasa setelah suaminya berhenti bekerja di sebuah perusahaan, yang berkantor di Gandaria City, Jakarta Selatan.
Menurut dia, perusahaan itu sementara tidak beroperasi lantaran pandemi Covid-19. "Dia berhenti karena perusahaan lagi tutup," kata Sally, yang enggan menyebut nama perusahaan yang mempekerjakan suaminya.
Sally kemarin mendatangi Bank KEB Hana di kawasan Semanggi untuk menuntut pihak bank bertanggung jawab atas produk JS Saving Plan. Sebab, JS Saving Plan adalah produk asuransi yang ditawarkan Jiwasraya melalui Bank KEB Hana dan enam bank lainnya.
Sejumlah sumber mengaku bahwa mereka diyakinkan bahwa deposito akan berjalan satu tahun tanpa pemotongan pajak ketika ditawarkan berinvestasi ke perusahaan asuransi jiwa tertua di Indonesia ini. Selain itu, uang yang didepositokan dijamin bakal aman dan tidak bermasalah.
Alasannya, perusaahan asuransi ini berada di bawah payung Badan Usaha Milik Negara atau BUMN.
"Saya tanya, ini BUMN bukan? Yang bagian marketing bilang ini punya negara, seratus persen aman. Saya bilang waktu itu, kalau ini deposito dan seratus persen aman, punya negara, oke saya beli," ujar Jeny Jeong Eh, 49 tahun, nasabah Jiwasraya lain yang juga warga Korea Selatan.
Menurut penuturan Sally, dirinya pertama kali berinvestasi deposito di Jiwasraya pada Februari 2018. "Tapi saya sudah selesai pada Februari 2019, hanya satu tahun," ujar dia. Setelah menunggu, uang yang mesti diambil saat itu tak kunjung datang. Ia baru tahu, prahara gagal bayar merundung Jiwasraya pada Oktober 2018 dari temannya.
Sally mengaku tidak pernah menerima kabar dari Bank KEB Hana dan perusahaan asuransi tersebut setelah satu tahun kontrak sebagai pemegang polis selesai. Total uang yang diinvestasikan sebesar Rp 1.650.000.000. Didapat dari gaji suaminya selama tujuh tahun di Indonesia.
Hampir sembilan tahun Sally dan keluarga tinggal di Indonesia. "Uang itu mau dipakai beli rumah di Korea Selatan, biaya anak-anak sekolah. Tapi tidak bisa kan," tutur Sally.
Ia mengaku ekonomi keluarganya ikut terpukul setelah Indonesia ditimpa pandemi virus corona. Satu-satunya harapan, duit dari Jiwasraya kembali agar ia dan keluarganya bisa kembali ke Negeri Gingseng itu.
Menurutnya, banyak orang Korea lebih tertarik menabung di Bank KEB Hana. "Sekarang Hana Bank bermasalah, Jiwasraya bermasalah, dan sekarang uang enggak kembali. Jadi, capek banget," kata Sally sambil masih bisa tertawa.
Menurut koordinator aksi, Lee Hea Kyung, ada 474 warga negara Korea Selatan menjadi korban gagal bayar Jiwasraya. Total jumlah uang para WNA itu di atas Rp 500 miliar.
JS Saving Plan adalah produk asuransi unitlink yang diterbitkan Jiwasraya sejak 2013. Produk ini dijual melalui tujuh bank, yaitu Bank Rakyat Indonesia, Bank Tabungan Negara, Bank Victoria, Bank ANZ, KEB Hana Indonesia, Standard Chatered, dan QNB Indonesia.
Pada Jumat siang, sekitar jam 12.00 WIB rombongan nasabah Jiwasraya yang berinvestasi melalui KEB Hana itu menggeruduk bank tersebut. Adu mulut hingga aksi saling dorong antara petugas dan massa.
Akhirnya, mereka diterima dan dialog terbuka di lantai tiga bersama petinggi bagian marketing Park Hoon Kyu dan rekannya. Pembicaraan mereka baru rampung pukul 14.00.
Menurut Sally, dalam pertemuan tersebut, para nasabah meminta pihak Bank KEB Hana terbuka terkait kendala yang dihadapi bank tersebut, yang menjual produk JS Saving Plan perusahaan asuransi jiwa itu.
Sally menerangkan, pihak bank hanya meminta para nasabah bersabar. "Jadi, tunggu lagi..., tunggu lagi," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel