Industri Kosmetik Diharapkan Lebih Inovatif Desain Kemasan

Bisnis.com,14 Sep 2020, 14:11 WIB
Penulis: Ipak Ayu H Nurcaya
Ilustrasi kosmetik./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian mendorong peningkatan daya saing industri kecil menengah (IKM) kosmetik dan produk herbal melalui pengembangan desain pengemasan.

Untuk itu, pelaku IKM perlu menyiapkan diri dengan bekal pengetahuan tentang cara produksi dan pengemasan yang baik sehingga menghasilkan produk yang aman, bermutu dan berkualitas, serta memenuhi standar untuk dipasarkan.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih mengatakan tren kemasan untuk produk kosmetik dan produk herbal saat ini mulai berkembang menjadi ramah lingkungan, seperti menggabungkan tutup kemasan natural atau tidak berwarna (non-logam), tutup kemasan dari bambu, serta plastik daur ulang berkualitas tinggi.

Oleh karena itu, guna mengikuti tren tersebut dalam meningkatkan kualitas desain kemasan, Ditjen IKMA Kemenperin telah menyelenggarakan webinar tentang tren kemasan untuk IKM kosmetik dan produk herbal belum lama ini.

“Dengan meningkatnya penggunaan kosmetik dan produk herbal, memacu produsen untuk berkreasi merancang kemasan yang menarik sehingga fungsi utama dari kemasan tidak hanya untuk menjaga produk, tetapi juga kemasan dapat menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat pemasaran,” katanya melalui siaran pers, Senin (14/9/2020).

Menurut Gati, meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap produk kecantikan dan perawatan tubuh diperkirakan menjadi pemicu pertumbuhan industri kosmetik di dalam negeri.

Seiring perkembangan zaman, industri kosmetik tidak hanya menjadi kebutuhan primer kaum wanita, tetapi juga mulai berinovasi pada produk kosmetik untuk pria dan anak-anak.

Sementara itu, hingga 2019 Kemenperin mencatat terdapat 797 industri kosmetik nasional. Angka ini naik dari 760 perusahaan pada tahun sebelumnya. Sebanyak 95 persen dari total industri kosmetika nasional tersebut merupakan sektor IKM.

“Banyak produsen kosmetik dan produk herbal mulai memperhatikan masalah perlindungan lingkungan, dan juga mempertimbangkan perlindungan lingkungan saat memilih bahan kemasan kosmetik,” imbuh Gati.

Di samping itu, ada pula tren masyarakat untuk menggunakan produk dari bahan alami sehingga membuka peluang munculnya produk kosmetik berbahan alami, seperti produk spa dan masker wajah. Tren memadukan jamu dengan produk kecantikan juga ikut menggerakkan pasar kosmetik dan personal care.

Gati menambahkan, industri pengemasan saat ini tidak bisa dipisahkan dari dunia industri secara umum. Seiring dengan meningkatnya industrialisasi yang telah melangkah ke era industri 4.0, tentunya industri pengemasan bergeliat lebih cepat lagi.

Berdasarkan data dari Indonesia Packaging Federation (2020), kinerja industri kemasan di Indonesia diproyeksi tumbuh dengan kisaran 6 persen pada tahun 2020 dari nilai realisasi tahun lalu sebesar Rp98,8 triliun. Ditinjau dari materialnya, kemasan yang beredar sebesar 44 persen dalam bentuk kemasan flexible, 28 persen kemasan paperboard dan 14 persen kemasan rigid plastic.

Gati menilai proporsi ini diyakini akan meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kemasan lainnya, didorong oleh pesatnya peningkatan pasar digital yang membuat mobilitas produk semakin tinggi. Karakteristik ketiga kemasan tersebut, dari sisi ekonomi dan daya tahan membuatnya menjadi pilihan yang lebih baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini