Kemenperin Harapkan IKM Permesinan Bantu Kurangi Impor Barang Modal

Bisnis.com,15 Sep 2020, 22:50 WIB
Penulis: Andi M. Arief
Ilustrasi - Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan akan mengembangkan industri kecil dan menengah (IKM) permesinan sebagai salah satu langkah dalam program substitusi impor sebesar 35 persen pada 2022. Adapun, Festival Bangga Mesin Buatan Indonesia (BMBI) dinilai menjadi langkah awal peningkatan serapan mesin lokal di pasar domestik.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan selama ini pabrikan nasional masih mengimpor mesin produksi, sedangkan sebagian IKM telah memproduksi mesin produksi di dalam negeri. Dengan demikian, Agus menilai IKM permesinan dapat menjadi sektor manufaktur yang mendorong kelengkapan pohon industri di dalam negeri.

"Kita mau cari [jenis mesin] apa saja sebetulnya di Indonesia sudah ada, tinggal bagaimana kita bisa bantu perusahaan-perusahaan itu bisa penetrasi, khususnya melalui e-commerce," katanya dalam konferensi pers virtual, Selasa (15/9/2020).

Badan Pusat Statistik (BPS) mendata impor barang modal berkontribusi hingga 16,02 persen pada total impor selama Januari-Agustus 2020. Angka tersebut menyusut dari periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 16,43 persen.

Selama 8 bulan pertama 2020, nilai impor barang modal telah susut 20,13 persen secara tahunan menjadi US$14,7 miliar. Adapun, nilai impor barang modal per Agustus 2020 mencapai US$1,79 miliar atau susut 8,81 persen dibandingkan realisasi Juli 2020.

"Kami tahu produk-produk mesin ini jadi barang modal proses industri dan kita masih banyak sekali melakukan impor untuk memasukkan barang-barang modal ke Indonesia," kata Agus.

Sebelumnya, Agus menyatakan salah satu strategi yang diterapkan dalam peta jalan sustitusi impor tersebut adalah pengurangan nilai impor pada 10 sektor industri. Adapun, 10 sektor industri tersebut berkontribusi hingga 88 persen dari total nilai impor pada 2019. 

Kesepuluh sektor tersebut secara berurutan dari yang terbesar adalah industri mesin, kimia, logam, elektronika, makanan, peralatan llistrik, tekstil, kendaraan bermotor, barang dari logam, dan karet dan barang dari karet. Total nilai impor sepuluh sektor manufaktur tersebut mencapai 1.676 triliun tahun lalu. 

Agus menilai pengurangan nilai impor pada sektor-sektor tersebut dapat mendorong pendalaman struktur industri. Alhasil, akan ada peningkatan investasi dan penyerapan tenaga kerja baru. 

"Pada ujungnya, [produk lokal] memiliki daya saing [lebih] dibandingkan produk-produk negara lain. Jadi, salah satu kuncinya bagaimana pabrikan bisa menerapkan teknologi generasi keempat dalam kegiatan manufakturnya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini