Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan usaha mikro pelat merah PT Permodalan Nasional Madani (Persero) mulai kembali menggenjot penyaluran pinjaman setelah sebelumnya terus merosot akibat pandemi.
Seperti diketahui, setidaknya ada dua alasan kenapa PNM sebelumnya harus berpikir dua kali untuk menyalurkan pinjaman di masa pandemi Covid-19.
Pertama, mayoritas nasabah PNM merupakan usaha mikro-kecil-menengah, yang jelas kesulitan membayar cicilan atau mengambil pinjaman baru akibat terdampak pelemahan ekonomi.
Kedua, hal tersebut juga mengakibatkan posisi kinerja keuangan dan arus kas PNM sempat terganjal, sehingga perlu suntikan modal baru demi memperkuat kapasitas PNM dalam membayar utang sumber pendanaan.
Berdasarkan data keterbukaan informasi Lembaga Keuangan Khusus terbaru yang diungkap Otoritas Jasa Keuangan (OJK), seluruh penyaluran PNM mulai naik secara bulanan sejak Juli 2020 di angka Rp16,63 triliun.
Komposisi portofolionya untuk program Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Rp22,49 triliun, program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (PNM Mekaar) Rp10,66 triliun.
Disusul pembiayaan ke Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dan LKM Syariah Rp9,93 triliun, dan pembiayaan Modal Usaha Kecil-Menengah Rp6,47 triliun. Seluruh lini bisnis ini tercatat mengalami kenaikan jumlah dari bulan sebelumnya.
Ini menjadi pertumbuhan pertama penyaluran pinjaman PNM sejak terus merosot pada Maret 2020 di angka Rp17,96 triliun, menjadi Rp17,09 triliun (April 2020), Rp16,73 triliun (Mei 2020), dan Rp16,19 triliun (Juni 2020).
Penyaluran pinjaman ini tercatat naik 2,7 persen (month-to-month/mtm) dari Juni 2020, dan naik 14,5 persen (year-on-year/yoy) dari Juli 2019 di angka Rp14,52 triliun.
Namun demikian, tampak berat bagi PNM untuk mengejar kinerja laba komprehensif seperti tahun lalu.
Pasalnya, kendati pendapatan operasional naik dari Rp2,44 triliun pada Juli 2019 ke Rp2,86 triliun per Juli 2020, laba komprehensif PNM per Juli 2020 hanya di angka Rp126 miliar, jauh dari periode Juli 2019 di angka Rp771 miliar.
Direktur Utama PNM Arief Mulyadi menjelaskan bahwa pertumbuhan penyaluran pinjaman pada Juli 2020 ini memang direncanakan sebagai momentum kebangkitan kinerja perseroan.
Pasalnya, sebelumnya PNM sempat memperkirakan bakal menutup periode 2020 dengan kinerja merugi. Oleh sebab itu, menggenjot penyaluran sejak awal semester II/2020 pun jadi kunci untuk membalikkan keadaan.
Langkah ini juga demi membuka jalan merealisasikan penyertaan modal negara (PMN) Rp1 triliun yang diterima pada akhir Juli 2020 dan modal negara dari program pemulihan ekonomi nasional (PEN) Rp1,5 triliun pada September 2020.
"Penyaluran Rp1 triliun kami terima pada 29 Juli, mulai disalurkan dan selesai 18 Agustus. Kinerjanya akan tampak di bulan tersebut karena permintaan pinjaman memang meningkat lagi, bahkan satu hari penyaluran kami bisa sampai Rp200 miliar," ujarnya ketika dikonfirmasi Bisnis, Selasa (15/9/2020).
Arief mengungkap fokus terkini PNM selaku tangan kanan pemerintah di bidang pembiayaan UMKM, yakni menjangkau nasabah baru, terutama untuk program PNM Mekaar.
Per Juli 2020, kantor cabang PNM Mekaar telah ditingkatkan menjadi 2.317 kantor, dengan jumlah nasabah yang turut mengalami peningkatan 30,27 persen (yoy) dari 4,90 juta nasabah per Juli 2019 menjadi 6,38 juta nasabah per Juli 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel