Standard Chartered: Mayoritas Masyarakat Indonesia Ingin Nontunai Penuh 2025

Bisnis.com,16 Sep 2020, 10:16 WIB
Penulis: M. Richard
Papan nama Standard Chartered terpasang di depan sebuah gedung, di Jakarta./Reuters-Darren Whiteside

Bisnis.com, JAKARTA -- Standard Chartered kembali membuat survei global yang menunjukkan pandemi virus corona telah membuat konsumen berbelanja secara lebih nontunai, berhati-hati, dan lebih teliti.

Hampir 75 persen responden survei di Indonesia dan dua pertiga di seluruh dunia setuju bahwa Covid-19 telah membuat mereka lebih positif tentang belanja daring, tetapi mereka juga lebih berhati-hati dengan pengeluaran mereka dan menginginkan cara baru untuk melacak uang mereka secara digital.

Di Indonesia, preferensi konsumen untuk berbelanja daring telah meningkat 16 persen, dari 40 persen sebelum pandemi menjadi 56 persen pada saat pandemi.

Hal ini juga mencerminkan tren global, yang mana sepertiga total responden lebih memilih belanja daring sebelum pandemi dan kini hampir setengah atau 48 persen lebih memilih metode tersebut untuk pembelian barang di masa mendatang.

Peningkatan preferensi untuk pembayaran daring ini berlaku untuk berbagai pembelian, dari bahan makanan dan perjalanan hingga perangkat digital.

Hasilnya, 80 persen orang di Indonesia dan 64 persen secara global sekarang mengharapkan negara ini menjadi sepenuhnya menjadi non-tunai, dengan sebagian besar masyarakat mengharapkan transisi ini terjadi pada tahun 2025.

Hasil survei didukung oleh data penarikan ATM Standard Chartered. Di sepuluh negara yang disurvei yang mana Standard Chartered menawarkan jasa perbankan ritel (semua kecuali Inggris dan AS), Covid-19 telah secara dramatis mempercepat penurunan penggunaan ATM.

Penarikan tunai dari ATM sekarang setengah dari jumlah dua tahun lalu. Selain bertransaksi secara non-tunai, lebih dari setengah orang Indonesia mengatakan bahwa mereka sekarang lebih cenderung berbelanja produk yang lokal (67 persen), yang lebih berkelanjutan/sustainable (59 persen) dan yang diproduksi oleh usaha kecil/UMKM (60 persen).

“Ini adalah kabar baik bagi usaha kecil dan mereka yang memproduksi barang-barang buatan lokal, terutama yang membuat dan menjual produk yang diproduksi secara berkelanjutan. Perubahan ini diharapkan dapat sejalan dengan program Bangga Buatan Indonesia (BBI) dari pemerintah Indonesia yang mendorong belanja produk dalam negeri, khususnya dari UMKM, sebagai cara mendongkrak belanja domestik yang adalah penyumbang signifikan bagi PDB Indonesia,” kata Andrew Chia, CEO, Standard Chartered Bank Indonesia dalam siaran persnya, Selasa (15/9/2020).

Studi ini dilakukan terhadap 12.000 orang dewasa di 12 negara - Hong Kong, India, Indonesia, Kenya, China Daratan, Malaysia, Pakistan, Singapura, Taiwan, Uni Emirat Arab Inggris, dan AS – adalah studi yang kedua dari rangkaian tiga bagian, untuk melihat bagaimana Covid-19 telah mengubah cara hidup konsumen, dan perubahan apa yang akan tetap ada setelah pandemi.

Adapun survei sebelumnya berfokus pada dampak pandemi terhadap pendapatan, survei kedua menawarkan wawasan baru tentang bagaimana krisis kesehatan global ini mengubah kebiasaan belanja konsumen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini