Selandia Baru Resesi! PDB Amblas 12,2 Persen di Kuartal II/2020

Bisnis.com,17 Sep 2020, 08:22 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Petugas kontruksi tengah menikmati kopi di sebuah kafe, di Selandia Baru/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Selandia Baru mengalami kontraksi terburuk sejak masa Depresi Hebat pada kuartal kedua tahun 2020 karena lockdown ketat untuk memerangi virus corona membuat perekonomian terhenti.

Dilansir dari Bloomberg, data Badan Statistik Selandia Baru pada Kamis (17/9/2020) menunjukkan produk domestik bruto (PDB) terkontraksi 12,2 persen dibandinkan kuartal sebelumnya.

Penurunan ini menjadi kontraksi terbesar sejak pencatatan dimulai pada tahun 1977, namun masih sedikit lebih baik dari proyeksi ekonomi dalam survei Bloomberg yang memperkirakan kontraksi hingga 12,5 persen.

Secara year-on-year, PDB Selandia Baru terkontraksi 12,4 persen.

Data hari ini sekaligus mengonfirmasi terjadinya resesi pertama  sejak tahun 2010, yang didefinisikan sebagai kontraksi ekonomi dua kuartal berturut-turut. PDB turun 1,4 persen pada kuartal pertama tahun ini.

Selandia Baru tengah mengalami guncangan ekonomi yang lebih tajam tetapi lebih pendek daripada yang dialami selama depresi. Saat itu, PDB turun 5,3 persen pada tahun 1931 dan selanjutnya 7,1 persen pada tahun 1932, menurut penelitian akademis.

Kontraksi ekonomi akibat pandemi Covid-19 juga tidak seburuk yang awalnya ditakuti. Selandia baru awalnya berhasil menghilangkan penyebaran virus dari komunitas dan melonggarkan lockdown lebih awal. Sejumlah indikator juga menunjukkan pertumbuhan melonjak pada kuartal ketiga karena konsumen melakukan pembelanjaan besar-besaran.

Namun, tekanan yang sebenarnya mungkin masih ada di depan. Selandia Baru masih menutup pintunya untuk kedatangan orang asing, shingga melumpuhkan industri pariwisata. Sementara itu, berakhirnya subsidi gaji pemerintah diperkirakan akan meningkatkan pengangguran.

"Kontraksi akibat lockdown pada kuartal kedua hanyalah putaran pertama dari guncangan ekonomi ini," kata ekonom senior ANZ Bank, Miles Workman, seperti dikutip Bloomberg.

“Kami belum benar-benar merasakan dampak penuh dari penutupan perbatasan dan kontraksi global yang tajam. Kebijakan fiskal dan moneter masih harus diselesaikan," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini