Investor Hengkang dari China, Saham Tiga Emiten Kawasan Industri Menguat

Bisnis.com,17 Sep 2020, 12:33 WIB
Penulis: Rivki Maulana
Kawasan Industri Surya Cipta, Kawarang. Kawasan ini dikelola PT Surya Semesta Internusa Tbk./suryainternusa.com

Bisnis.com, JAKARTA - Tiga saham emiten pengembang kawasan industri kompak menguat hingga sesi pertama perdagangan hari ini, Kamis (17/9/2020). Kenaikan saham emiten terjadi hampir bersamaan dengan kabar relokasi 143 perusahaan dari China ke Indonesia.

Berdasarkan data Bloomberg, saham PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. menguat 0,25 persen ke posisi 189. Transaksi saham berkode BEST mencapai 480,6 juta lembar dengan nilai transaksi Rp90,21 miliar.

Dalam periode sebulan terakhir, saham BEST sudah naik 56,20 persen sedangkan dalam seminggu terakhir naik 24,34 persen. Kendati demikian, dalam periode tahun berjalan saham BEST masih mencetak minus 12,50 persen.

Untuk diketahui, Bekasi Fajar Industrial Estate merupakan pengelola kawasan industri MM2100, Bekasi.

Dalam paparan publik 14 Agustus 2020 lalu, manajemen BEST menyampaikan perseroan menargerkan marketing sales penjualan lahan sebesar 15 hektare, turun dari target semula Rp300 miliar s.d Rp400 miliar.

Lebih lanjut, saham PT Surya Semesta Internusa Tbk. juga naik 1,86 persen ke posisi 438. Transaksi saham berkode SSIA mencapai 105,33 juta lembar dengan nilai transaksi Rp46,86 miliar.Dalam sebulan terakhir, saham SSIA sudah naik 20,33 persen.

SSIA merupakan pengembang kawasan industri Suryacipta, Karawang. Perusahaan yang memiliki Hotel Grand Melia di Jakarta dan Bali ini juga menggarap kawasan industri di Subang.

Tidak ketinggalan, PT Kawasan Industri Jababeka Tbk. mencetak kenaikan harga saham 1,38 persen ke posisi 147. Dalam sebulan terakhir, saham berkode KIJA naik 4,26 persen.

KIJA merupakan perusahaan induk dari pengembang kawasan industri Jababeka di Bekasi. Perusahaan ini juga mengembangkan kawasan industri Kendal, Jawa Tengah. Kawasan industri Jababeka merupakan salah satu kawasan industri dengan fasilitas terpadu karena terdapat pembangkit listrik dan pelabuhan kering atau dry port.

Kemarin, Menteri Koordinator Bidang Keuangan Airlangga Hartarto menyampaikan ada ratusan perusahaan yang berniat merelokasi pabrik dari China. Kebijakan China dalam menekan penyebaran virus corona turut berdampak pada ekonomi global.  

“Rantai pasok barang tidak bisa terpusat di satu negara karena terlalu berisiko. Kini banyak perusahan multinasional yang mulai merelokasi industrinya dari Tiongkok ke negara Asia lain terutama di Asean,” katanya pada sambutan diskusi virtual, Rabu (16/9/2020).

Airlangga menjelaskan bahwa ini adalah kesempatan Indonesia untuk menggantikan posisi China sebagai tujuan investasi. Dengan begitu tercipta hub (pusat) rantai pasok global baru.

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal, ada 143 perusahaan yang memiliki rencana relokasi investasi ke Indonesia. Perusahaan tersebut berasal dari Amerika Serikat, Taiwan, Korea Selatan, Jepang, Hongkong, dan Tiongkok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini