Diskon Pajak Mobil Baru Bisa Bangkitkan Sub-Sektor Industri Otomotif

Bisnis.com,17 Sep 2020, 14:15 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Ilustrasi mobil dijual/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Insentif pajak kendaraan bermotor baru demi membangkitkan sektor otomotif dari krisis akibat Covid-19, telah dinantikan industri, juga para pelaku usaha turunannya.

Pengamat otomotif dan pelaku industri pembiayaan Jodjana Jody, menjelaskan bahwa tak ada ruginya pemerintah mengambil kebijakan ini, walaupun memang awalnya tampak sulit dan dilematis.

Dilema ini tentu disebabkan penerimaan pajak pemerintah bakal lebih tertekan karena seolah pendapatan pajak dari penjualan mobil baru akan turun.

"Namun, jualan akan naik dan memberikan juga total pajak yang lebih besar, baik untuk industri hulu maupun hilir, termasuk job creation yang diciptakan," jelas Jody kepada Bisnis, Kamis (17/9/2020).

Mantan bos Auto2000 (2010) dan Astra Credit Companies (2015) ini meyakini bahwa kebijakan ini bakal berdampak positif, karena telah dibuktikan Malaysia, Thailand, dan China.

Di mana pemerintah para negara tetangga ini, telah memberikan diskon pajak untuk pembelian kendaraan baru. Hasilnya, market otomotif ketiga negara tersebut terbukti tak tertekan terlampau dalam seperti Indonesia.

"Sektor otomotif salah satu yang memiliki sub-sector atau supply chain cukup besar dan mempekerjakan orang banyak. Sebagai contoh, satu pabrikan di sisi hulu, bisa dipasok oleh ratusan supplier parts tier 1, 2, dan 3. Belum lagi bicara hilirnya di dealer, industri pembiayaan, servis, dan lainnya," tambahnya.

Pengalamannya berkecimpung di perusahaan pembiayaan selaku penopang sektor otomotif, juga membuat Jody yakin bahwa kebijakan ini pun positif buat industri pembiayaan karena berperan sebagai pintu 'increase demand' selepas pandemi.

Namun demikian, Jody mengingatkan multifinance harus menjadi ibarat filter, sehingga kebijakan ini tak lantas berujung euforia. Harapannya, pembiayaan mobil baru masih terkendali, potensi gagal bayar cicilan dari konsumen pun dapat dihindari.

Multifinance mesti menilai betul siapa konsumennya, terutama kapasitas keuangannya, rekam jejak kreditnya, serta keberaniannya mengambil uang muka (down payment/DP).

"Kekhawatiran multifinance mungkin ada di segmen konsumen medium low dan first buyer, seperti pembeli kendaraan LCGC yang berkontribusi sekitar 20 persen dari total industri otomotif. Tapi, dalam kondisi sekarang, saya percaya tiap multifinance akan menilai konsumen dengan lebih hati-hati," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini