Dihajar Sentimen Internal dan Eksternal, Mampukah IHSG Bertahan?

Bisnis.com,20 Sep 2020, 10:29 WIB
Penulis: Ria Theresia & M. Nurhadi Pratomo
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (8/9/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan kembali bergerak melemah pada awal perdagangan pekan depan setelah sempat menguat pada perdagangan akhir pekan ini.

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee memperkirakan IHSG akan bergerak melemah ditandai dengan berbagai sentimen dari dalam dan luar negeri.

“IHSG kami perkirakan selama seminggu berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 5.000 sampai 4.754 dan resistance di level 5.100 sampai 5.187,” tulis Hans dalam publikasi risetnya, Minggu (20/9/2020).

Pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) wilayah Jakarta selama sepekan memang dianggap lebih longgar dari pemberlakuan PSBB periode pertama sehingga mampu mendorong IHSG naik di awal pekan lalu.

Tetapi dampak PSBB total dianggap tetap akan mengganggu aktivitas bisnis dan perusahaan. Adapun, langkah Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan dianggap sebagai sentimen positif bagi pasar.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2020 kembali mencatatkan surplus sebesar USD2,33 miliar juga diharapkan mampu membuat mata uang rupiah menguat dan lebih stabil kedepannya.

Di sisi lain, pasar saham dunia juga tertekan beberapa sentimen negatif mulai dari valuasi yang mahal, lonjakan kasus covid 19 hingga ketegangan China dan Amerika Serikat.

Ketegangan antara pemerintah Amerika Serikat dan China yang ditandai dengan rencana pelarangan penggunaan aplikasi pesan WeChat dan aplikasi video TikTok di Amerika Serikat menjadi sentimen negatif bagi pasar.

Sementara, koreksi pada sebagian saham teknologi di bursa Amerika Serikat juga masih menjadi penekan pergerakan pasar. Tercatat, sudah hampir dua pekan saham-saham teknologi mengalami tekanan akibat kekhawatiran valuasi yang terlalu tinggi.

“Koreksi yang terjadi di saham teknologi dan indeks dunia kami nilai wajar akibat kenaikan yang terjadi. Ketika ekonomi tidak pulih sesuai harapan maka pasar saham sangat mungkin terkoreksi,” sambungnya.

Adapun, Inggris juga dilaporkan sedang mempertimbangkan penguncian nasional baru atau lockdown. Sehingga, saham-saham terkait travel, banking dan otomotif lagi-lagi mengalami tekanan seiring dengan kenaikan kasus infeksi virus baru dan rencana pembatasan baru di beberapa negara di kawasan Eropa.

‘Hal ini menghidupkan kembali kekhawatiran dampak pandemi pada pemulihan ekonomi yang baru mulai tampak setelah pelonggaran lockdown,” tutupnya.

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan IHSG berada di kisaran 5.000—5.100 adalah wajar. Kepanikan terhadap penerapan kembali PSBB menurutnya sudah reda.

“Saya pikir wajarnya [IHSG] akan berada di 5.000 hingga 5.100 untuk 1 mingg—2 minggu ke depan sambil menunggu laporan keuangan kuartal III/2020,” jelasnya.

Senior Vice President Research PT Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan IHSG pekan ini diwarnai oleh aksi profit taking. Akibatnya, indeks kesulitan melewati level 5.200.

“Jadi, minggu depan masih rentan koreksi lagi minimal di 4.900—4.950,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini