Klaim Tumbuh Lebih Tinggi dari Premi, Industri Reasuransi dalam Kondisi Sulit

Bisnis.com,24 Sep 2020, 20:25 WIB
Penulis: Wibi Pangestu Pratama
Petugas memberikan penjelasan kepada pengunjung di stan PT Reasuransi Indonesia Utama pada ajang Indonesia Business and Development Expo (IBDexpo) 2017 di Jakarta, Kamis (21/9)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA — Industri reasuransi dinilai berada dalam kondisi yang penuh tantangan seiring melonjaknya klaim karena tekanan ekonomi. Industri pun dinilai perlu melakukan pendekatan yang lebih kuat dengan perusahaan asuransi agar lebih banyak premi yang terjaga di dalam negeri.

Komisaris Utama PT Reasuransi Nasional Indonesia (Nasional Re) Toto Pranoto menjelaskan bahwa dampak pandemi virus corona terasa semakin luas, baik bagi industri asuransi hingga reasuransi. Arus kas industri pun menjadi lebih ketat.

Menurut Toto, sejumlah sektor usaha mulai mencatatkan peningkatan klaim yang signifikan meskipun preminya turut meningkat. Hal tersebut terjadi karena adanya kebutuhan perusahaan asuransi untuk memitigasi risiko sekaligus terjadinya peningkatan risiko yang berakibat klaim.

"Peningkatan dari sisi premi tidak diimbangi laju klaim yang jauh meningkat hingga dua tiga kali lipatnya, terutama di lini bisnis properti dan asuransi kredit," ujar Toto kepada Bisnis, Kamis (24/9/2020).

Berdasarkan catatan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), sepanjang semester I/2020 industri reasuransi umum membukukan premi Rp10,25 triliun, naik 23,8 persen secara tahunan.

Meskipun pertumbuhan premi ada di kepala dua, pertumbuhan klaim reasuransi umum justru mencapai kepala tujuh. Pada paruh pertama tahun ini terdapat kenaikan klaim hingga Rp1,8 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Pada semester I/2020, klaim reasuransi umum tercatat senilai Rp4,37 triliun, naik 73,4 persen secara tahunan.

Reasuransi kredit tercatat sebagai lini bisnis dengan pertumbuhan premi dan klaim yang paling pesat. Namun, seperti halnya kondisi industri, pertumbuhan klaim jauh di atas perolehan preminya.

AAUI mencatat bahwa pada semester I/2020 premi reasuransi kredit mencapai Rp2,25 triliun atau tumbuh 153,7 persen (yoy) dari semester I/2019 senilai Rp888,4 miliar. Adapun, klaim reasuransi kredit yang dibayarkan pada semester I/2020 senilai Rp1,41 triliun meroket hingga 365,3 persen (yoy) dari semester I/2019 yang 'hanya' senilai Rp304,18 miliar.

Menurut Toto, kondisi tersebut memang tidak akan berlangsung seterusnya. Industri asuransi dan reasuransi akan menjadi lebih stabil setelah pandemi Covid-19 berlalu, tetapi diperlukan berbagai upaya untuk menjaga nafas dengan baik.

Dia menilai bahwa industri reasuransi harus melakukan pendekatan yang lebih baik dan kuat dengan perusahaan asuransi. Salah satu tujuannya yakni agar aliran premi di dalam negeri bisa lebih besar, karena sejauh ini terdapat premi retensi ke luar negeri dalam volume yang tidak sedikit.

"Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengenalkan produk dan fitur yang lebih baik. Kami di reasuransi ada dalam masa konsolidasi, bagaimana supaya sustainability perusahaan bisa terjaga," ujarnya.

Direktur Utama PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) Didit Mehta Pariadi pun menjelaskan bahwa kondisi perekonomian yang memberatkan industri asuransi akan menekan reasuransi. Industri reasuransi akan menanggung tingginya risiko asuransi saat ini.

"Reasuransi pun melihat asuransi menjadi sulit karena ingin harganya hebat, tetapi nasabah asuransi pun meminta harga premi yang murah. Asuransi jadi kesulitan karena ada permintaan dari atas [reasuransi] maupun dari bawah [nasabah]," ujar Didit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini