Saham Farmasi Kembali Menggila, Bagaimana Prospeknya?

Bisnis.com,25 Sep 2020, 16:58 WIB
Penulis: Ria Theresia Situmorang
Uji kandidat vaksin Covid-19. /Jhonson & Jhonson

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten farmasi kembali memberikan efek kejut dengan penguatan harga saham secara tiba-tiba sebelum ditutupnya perdagangan sesi pertama pada akhir pekan ini.

Emiten BUMN farmasi terutama memimpin penguatan saham sektor farmasi hingga diberi stempel auto reject atas oleh bursa mengingat kenaikan signifikannya pada hari ini.

Adapun, di antara 10 emiten farmasi yang diperdagangkan pada Jumat (25/9/2020), hanya ada 1 emiten yang terpantau berada pada level stagnan yaitu PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. (DVLA) dan PT Soho Global Health Tbk. (SOHO) yang melemah hingga terkena auto reject bawah (ARB) setelah menguat selama dua pekan lalu.  

Berdasarkan data Bloomberg, berdasarkan persentase tertinggi, saham PT Indofarma Tbk. (INAF) menguat 24,89 persen ke level Rp2.910, diikuti dengan PT Pyridam Farma Tbk. yang juga meningkat harga sahamnya 24,84 persen ke level Rp955.

Sementara itu, PT Phapros Tbk. (PEHA) bersamaan dengan induk usahanya PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) juga menguat hingga akhir perdagangan hari ini dengan kenaikan masing-masing 24,79 persen ke level Rp1.460 dan 24,68 persen ke level Rp2.880.

Menariknya, keempat saham farmasi tersebut mencatatkan transaksi jual beli terbanyak dari broker yang sama yakni Mirae Asset Sekuritas.

Analis Binaartha Sekuritas menilai sentimen dari perkembangan penelitian vaksin Covid-19 yang positif dari berbagai perusahaan farmasi dari Tiongkok yang diamati WHO membuat pasar optimis dan mengapresiasi perkembangan positif tersebut.

Dikutip dari pemberitaan sebelumnya, Kepala Ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan memang mengungkapkan vaksin asal China merupakan satu dari 7 kandidat vaksin virus corona di dunia.

Swaminathan mengungkapkan vaksin asal China yang telah teruji secara klinis bisa mewujudkan harapan dan tujuan global.

“Ya karena semua kenaikan harga saham emiten farmasi dipengaruhi pemberitaan positif,” ungkap Nafan kepada Bisnis, Jumat (25/9/2020).

Kendati demikian, Nafan tidak merekomendasi investor untuk membeli saham farmasi di tengah volatilitas pergerakan indeks hingga saat ini.

Senada, analis Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr mengatakan bahwa prospek saham emiten farmasi BUMN sangat bergantung pada pemberitaan mengenai vaksin.

Terlebih, KAEF yang baru-baru ini menyatakan diri siap memproduksi obat antivirus Avigan yang ikut mendongkrak pergerakan saham farmasi BUMN.

“Pergerakan saham emiten farmasi masih akan volatile dan tergantung pada berita-berita tentang seputar obat vaksin baik positif juga negatif,” ungkapnya kepada Bisnis, Jumat (25/9/2020).

Baginya, pergerakan saham emiten BUMN farmasi yang cukup riskan membuatnya tidak menyarankan investor untuk menahan saham-saham tersebut untuk jangka waktu panjang dan menengah.

“Lebih disarankan untuk trading jangka pendek saja,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini