Pembiayaan Barang Produktif Naik, OJK: Belum jadi Sinyal Pulih

Bisnis.com,27 Sep 2020, 17:40 WIB
Penulis: Wibi Pangestu Pratama
Karyawan berada di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan atau OJK menilai bahwa pertumbuhan secara bulanan pada pembiayaan barang produktif belum dapat menjadi sinyal dari pulihnya industri pembiayaan.

Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) 2B OJK Bambang W. Budiawan menjelaskan bahwa industri pembiayaan merasakan dampak besar dari adanya pandemi virus corona. Hal tersebut terjadi karena daya beli masyarakat melemah sehingga kemampuan kredit pun turun.

Sektor pembiayaan barang produktif, alat berat, dan kendaraan produktif menjadi salah satu yang menerima dampak cukup besar dari pandemi Covid-19. Penyaluran pembiayaan di sektor-sektor tersebut terus mengalami penurunan hingga Juli 2020, dan hanya sedikit sebagian yang bertambah pada Agustus 2020.

Berdasarkan Statistik Pembiayaan OJK per Agustus 2020, pembiayaan barang produktif mencapai Rp113,44 triliun. Jumlah tersebut menurun baik secara tahunan yakni 8,81 persen (year-on-year/yoy) dari Agustus 2019 senilai Rp124,4 triliun, maupun secara tahun berjalan yakni 8,64 persen (year-to-date/ytd) dari Desember 2019 senilai Rp124,17 triliun.

Jika dilihat secara bulanan, penyaluran pembiayaan produktif mencapai titik tertinggi tahun ini pada Maret sebesar Rp125,43 triliun. Namun, jumlahnya terus turun pada April menjadi Rp121,7 triliun, Mei Rp117,7 triliun, Juni Rp114,6 triliun, Juli Rp112,8 triliun, dan sedikit tumbuh pada Agustus.

Kinerja pembiayaan alat berat pada Agustus 2020 senilai Rp30,94 triliun yang merosot 16,62 persen (yoy) dari Agustus 2019 senilai Rp37,1 triliun. Secara tahun berjalan, capaian itu pun menurun 12,95 persen (ytd) dibandingkan dengan Desember 2019 senilai Rp35,53 triliun.

Pada Agustus 2020, kinerja pembiayaan mobil pengangkutan tercatat senilai Rp44,29 triliun atau turun 5,11 persen (yoy) dari Agustus 2019 senilai Rp46,67 triliun. Adapun, secara tahun berjalan terjadi penurunan 10,03 persen (ytd) dari posisi Desember 2019 senilai Rp49,23 triliun.

Pembiayaan alat berat dan mobil pengangkutan mencatatkan penurunan konstan secara bulanan sejak Maret 2020. Penurunan itu terus terjadi hingga Agustus 2020 dan belum terdapat sinyal peningkatan.

Sementara itu, pada Agustus 2020 pembiayaan barang produktif lainnya tercatat senilai Rp14,21 triliun atau turun 8,09 persen (yoy) dari Agustus 2019 senilai Rp15,46 triliun. Catatan tersebut lebih rendah 11,13 persen (ytd) dibandingkan penyaluran pembiayaan pada Desember 2019 senilai Rp15,99 triliun.

Kategori barang produktif lainnya memiliki nasib serupa dengan pembiayaan barang produktif, yakni kinerjanya melorot secara bulanan sejak Februari 2020. Namun, terdapat sedikit catatan pertumbuhan pada Agustus 2020.

Bambang menilai bahwa naiknya penyaluran pada Agustus dari dua sektor tersebut belum dapat disimpulkan sebagai pemulihan pembiayaan produktif. Dia menilai bahwa terlalu dini untuk menyimpulkan adanya pemulihan dari kinerja satu bulan.

"Kalau satu–dua bulan belum bisa disimpulkan pemulihan, masih berupa indikasi awal atau sympton. Kalau masa pandemi dan ekonomi menurun begini, menurut saya harus dilihat dulu sampai Desember 2020 baru bisa dikatakan pulih atau belum," ujar Bambang kepada Bisnis, Minggu (27/9/2020).

Dia menjelaskan bahwa masih lambannya pertumbuhan pembiayaan, bahkan cenderung kontraktif, karena disebabkan oleh sejumlah variabel dari kondisi ekonomi makro dan dari industri itu sendiri. Variabel paling utama yakni pertumbuhan ekonomi yang negatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yustinus Andri DP
Terkini