Bisnis.com, JAKARTA - Statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan beberapa objek pembiayaan atau kredit dari industri pembiayaan (multifinance) telah menunjukkan kenaikan.
Sebelumnya, akibat pandemi Covid-19, semua jenis objek pembiayaan, di antaranya barang produktif, barang infrastruktur, barang konsumsi, pembiayaan jasa, serta piutang usaha, sempat terus menurun secara bulanan.
Terkini, beberapa objek tersebut tampak mulai menunjukkan tren positif kendati belum bisa menopang total piutang pembiayaan neto per Agustus 2020 secara keseluruhan.
Baca Juga : OJK Cabut Izin Usaha Citra Mandiri Multi Finance |
---|
Total piutang pembiayaan per Agustus 2020 masih sebesar Rp391,9 triliun dengan outstanding (OS) sebelum dikurangi pencadangan Rp417,1 triliun. Turun tipis dari Juli 2020 di angka Rp398,3 triliun dengan OS Rp423,8 triliun.
Sebagai objek penopang utama dengan nilai terbesar, barang konsumtif masih belum menunjukkan peningkatan sejak Februari 2020 di angka Rp318,3 triliun.
Penurunan ini berturut-turut sejumlah Rp316,5 triliun (Maret 2020), Rp309,2 triliun (April 2020), Rp300,8 triliun (Mei 2020), Rp293,6 triliun (Juni 2020), Rp286,7 triliun (Juli 2020), dan Rp276,7 triliun per Agustus 2020.
Walaupun kinerja kredit objek konsumtif ini belum bisa menunjukkan perbaikan secara bulanan, namun beberapa jenis barang konsumtif tampak menunjukkan kenaikan pada Agustus 2020.
Di antaranya kendaraan roda empat baru dari Rp120,8 triliun (Juli 2020) ke Rp123,4 triliun (Agustus 2020), dan rumah tinggal baru kedua atau seterusnya dari Rp122 miliar ke Rp168 miliar.
Berkebalikan dengan barang konsumtif, barang produktif justru naik secara bulanan untuk pertama kalinya sejak mencapai puncak pada Maret 2020 di angka Rp125,4 triliun.
Pembiayaan barang produktif sempat terus menurun dari Rp121,7 triliun (April 2020), Rp117,7 triliun (Mei 2020), Rp114,6 triliun (Juni 2020), Rp112,8 triliun (Juli 2020), namun mulai mengalami kenaikan pada Agustus 2020 di angka Rp113,4 triliun.
Penopang utama kenaikan secara bulanan ini berasal dari pembiayaan terkait rumah toko baru dari Rp449 miliar ke Rp3,28 triliun, rumah kantor bekas dari Rp921 miliar ke Rp938 miliar, dan flat dan apartemen baru pertama dari Rp105 miliar ke Rp214 miliar.
Ditambah pembiayaan alat-alat kantor yang juga naik dari Rp225 miliar ke Rp455 miliar, pembiayaan terkait gedung dari Rp1,26 triliun ke Rp1,37 triliun, dan barang produktif lainnya dari Rp14,18 triliun ke Rp14,21 triliun.
Senada dengan pembiayaan barang produktif, pembiayaan piutang usaha pun naik dari Rp3,68 triliun (Juli 2020) ke Rp4,53 triliun (Agustus 2020).
Sekadar informasi, angka ini justru tumbuh lebih tinggi daripada Agustus 2019 di angka Rp3,81 triliun, serta puncak sebelum pandemi Covid-19 pada Desember 2019 di angka Rp4,31 triliun.
Pembiayaan jasa pun tercatat meningkat secara bulanan dari Rp6,98 triliun (Juli 2020) ke Rp8,97 triliun pada Agustus 2020. Ditopang jasa pendidikan yang naik drastis dari Rp24 miliar ke Rp128 miliar, jasa kesehatan dari Rp12 miliar ke Rp26 miliar, jasa pernikahan dari Rp2 miliar ke Rp4 miliar, dan jasa lainnya dari Rp6,5 triliun ke Rp8,4 triliun.
Terakhir, pembiayaan terkait barang infrastruktur masih belum menunjukkan perbedaan secara bulanan dari Rp13,59 triliun ke Rp13,41 triliun, karena pembiayaan dominan di dalamnya terkait pembangkit listrik, jaringan telekomunikasi, serta pelabuhan laut dan sungai, masih terkoreksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel