Sektor Ritel Hong Kong Masih Terkontraksi di Bulan Agustus

Bisnis.com,30 Sep 2020, 18:03 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
International Finance Centre di Hong Kong./Bloomberg/Jerome Favre

Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan ritel di Hong Kong masih melemah pada bulan Agustus, namun lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya, bahkan ketika pemerntah memperpanjang kebijakan social distancing.

Berdasarkan data Bloomberg, penjualan ritel berdasarkan nilai turun 13,1 persen dari tahun sebelumnya menjadi HK$ 25,6 miliar (Rp49,3 triliun). Adapun pada bulan Juli, penjualan ritel terkontraksi 23,1 persen.

Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan proyeksi ekonomi yang disurvei Bloomberg yang memperkirakan penurunan sebesar 17,5 persen.

Penjualan ritel berdasarkan volume juga turun 13,4 persen dari level tahun lalu, namun masih lebih baik dibandingkan penurunan 23,8 persen pada bulan Juli.

Peritel Hong Kong merasakan tekanan terbesar dari resesi ekonomi di wilayah tersebut yang semakin dalam tahun ini akibat pandemi Covid-19, meningkatnya ketegangan politik AS-China, serta aksi protes yang seakan tanpa akhir.

Juru bicara pemerintah Hong Kong mengatakan melandainya penurunan penjualan ritel terutama disebabkan oleh dasar perbandingan yang memang sudah rendah dari sebelumnya.

"Karena kondisi ekonomi tetap di bawah tekanan dan pariwisata tidak mungkin menunjukkan pemulihan yang cepat dalam waktu dekat, lingkungan bisnis perdagangan ritel akan tetap sulit," kata juru bicara tersebut, seperti dikutip Bloomberg.

“Sentimen konsumsi lokal dapat lebih meningkat jika stabilitas situasi epidemi terus berlanjut,” lanjutnya.

Ada sejumlah alasan atas optimisme terhadap pemulihan keadaan dalam beberapa bulan mendatang. Gelombang infeksi terus menunjukkan tanda-tanda mereda sejak bulan Agustus. Sementara itu, pemerintah telah mencabut sejumlah pembatasan, memperpanjang jam buka restoran, dan mengizinkan bar untuk buka.

Sementara itu, Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengumumkan bantuan stimulus lanjutan senilai HK$24 miliar awal bulan ini, meskipun mendapat kritik oleh sejumlah ekonom dan pemimpin bisnis karena jumlahnya yang relatif kecil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini