Prospek Permintaan Suram, Harga Minyak Tergelincir Lagi

Bisnis.com,02 Okt 2020, 08:14 WIB
Penulis: Lorenzo Anugrah Mahardhika
Tanker pengangkut minyak./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia kembali merosot selama dua pekan beruntun di tengah kekhawatiran mandeknya permintaan global.

Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (2/10/2020),  harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan November 2020 turun 0,8 persen ke level US$38,40 per barel pada New York Mercantile Exchange hingga pukul 08.17 waktu Singapura.

Selain itu, harga minyak Brent untuk kontrak bulan Desember 2020 terpantau turun 0,9 persen pada harga US$40,57 per barel pada bursa berjangka Eropa ICE. Harga minyak Brent anjlok 3,2 persen pada penutupan kemarin.

Harga minyak berjangka di New York tergelincir menuju level US$38 per barel pada hari ini setelah anjlok 3,7 persen Kamis kemarin. Hal ini disebabkan oleh pembicaraan paket stimulus fiskal di Amerika Serikat yang belum menemui titik terang di ambang pemilu presiden di negara tersebut November mendatang.

Hal ini juga diperberat dengan meningkatnya kasus positif virus corona di benua Eropa dan negara dengan kekuatan ekonomi signifikan seperti India. Sejumlah analis pun merevisi prediksi pemulihan permintaan minyak dunia.

Sementara itu, jumlah produksi Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak atau OPEC terpantau stagnan. Produksi dari Uni Emirat Arab mencatatkan hasil terendah dalam dua tahun, yang mengimbangi lonjakan ekspor minyak dari Arab Saudi serta tambahan dari Venezuela, Libya, dan Iran.

Di sisi lain, negara anggota OPEC lainnya, Irak, berkomitmen untuk memangkas lebih banyak produksi harian minyaknya setelah sempat melewati batas produksi yang ditetapkan OPEC beberapa waktu lalu.

Berdasarkan survey Bloomberg, OPEC rata-rata memproduksi 23,43 juta barel minyak mentah per hari pada September 2020. Jumlah ini berbeda tipis dengan produksi pada Agustus yang tercatat sebesar 24,39 juta barel.

Adapun catatan produksi minyak harian tertinggi ditorehkan pada April lalu sebesar 30,44 juta barel per hari. Hal ini terjadi setelah perang harga antara negara-negara penghasil minyak yang membuka kilang produksinya secara maksimal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini