Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah utang luar negeri perbankan dalam instrumen obligasi melesat sampai dengan Juli 2020, berkebalikan dengan instrumen lainnya yang mencatatkan penurunan. Secara keseluruhan, utang luar negeri perbankan turun 2,08% secara year on year menjadi US$34,81 miliar pada periode tersebut.
Berdasarkan data Bank Indonesia, utang luar negeri perbankan melalui instrumen obligasi naik 40,51% secara (yoy), dari US$1,95 miliar pada Juli 2019 menjadi US$2,74 miliar pada Juli 2020. Kenaikan mulai terjadi sejak awal tahun yang tembus US$2 miliar.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan pada awal tahun 2020 tren penerbitan obligasi valas cukup kencang, terutama dari bank BUMN. Obligasi valas juga diterbitkan dengan nilai emisi besar.
Dari data yang dihimpun Bisnis, pada awal tahun PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. melakukan penerbitan obligasi dalam denominasi dolar senilai US$300 juta. Kemudian disusul PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. yang pada Mei 2020 menerbitkan obligasi berdenominasi dolar Amerika Serikat dengan sukses meraup dana segar sebesar US$500 juta.
Menurutnya, bank memiliki kebutuhan pendanaan yang lebih besar untuk menunjang program stimulus pemerintah dalam menahan dampak pandemi Covid-19. Adapun bank BUMN merupakan kepanjangan tangan pemerintah dalam melaksanakan program stimulus tersebut.
"Penerbitan itu untuk menopang stimulus ekonomi pemerintah. Baik itu penundaan pembayaran kredit dan banyak lainnya melalui bank BUMN. Oleh karena itu, bank-bank BUMN menerbitkan obligasi, dalam hal ini penerbitan obligasi valas, lebih besar dari biasanya," katanya.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Lando Simatupang mengatakan maraknya penerbitan obligasi global seiring dengan tingginya minat investor terhadap obligasi valas yang diterbitkan bank-bank. Obligasi valas pada tahun ini didukung terjaganya kepercayaan investor terhadap prospek kondisi ekonomi Indonesia. "Selain itu kupon obligasi valas masih lebih rendah dibandingkan dengan pendanaan rupiah," katanya.
Sampai dengan akhir tahun, menurutnya, penerbitan obligasi valas pada semester akhir tidak lagi signifikan. Sebab, perbankan fokus pada strategi konsolidasi dan menjaga kualitas aset.
"Lagipula ekspansi kredit untuk korporasi mungkin akan tertahan karena UMKM yang difasilitasi pemerintah," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel