Bisnis.com, JAKARTA — Sebagai bentuk usaha kolaboratif untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia, Akulaku Finance Indonesia sebagai perusahaan pembiayaan berbasis digital, turut berpartisipasi dalam pameran virtual yang merupakan bagian dari program Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2020.
Presiden Direktur Akulaku Finance Indonesia Efrinal Sinaga mengatakan bahwa keikutsertaan dalam BIK 2020 yang diadakan dari 5 Oktober - 3 November 2020, sebagai salah satu wujud peran aktif dalam usaha mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional melalui BIK 2020.
"Bagi masyarakat yang ingin mengetahui lebih banyak mengenai layanan keuangan inklusif di ekosistem Akulaku dapat langsung mengunjungi situs www.bik2020.id, terus masuk ke fitur BIK Expo dan mencari booth virtual dari Akulaku Finance di cluster pembiayaan 2 dan penjaminan," ujarnya seperti siaran resmi yang dikutip, Rabu (7/10/2020).
Menurutnya, Akulaku mencoba bergerak seiring dengan upaya pemerintah dalam hal peningkatan indeks inklusi keuangan nasional. Di antaranya adalah dengan menyiapkan program-program webinar edukatif mengenai inklusi keuangan, dan juga menawarkan berbagai promo pembiayaan yang dilakukan dengan konsep contactless dan cashless.
"Kami mengundang masyarakat untuk mencoba layanan digital pembiayaan Akulaku Finance selama masa partisipasi kami dalam BIK 2020,” ujar Efrinal.
Pihaknya berharap usaha kampanye dan kolaborasi dari 300 lembaga jasa keuangan dalam BIK 2020 dapat membantu menstimulasi ekonomi nasional dan semakin meningkatkan tingkat inklusi keuangan dan akses pendanaan bagi masyarakat Indonesia.
Selain itu, tegasnya, Akulaku Finance secara konsisten dan terus menerus akan tetap fokus dalam meningkatkan inklusi keuangan masyarakat hingga pasca berakhirnya BIK 2020 pada 3 November 2020 melalui kegiatan-kegiatan edukasi dan kolaborasi dengan berbagai pelaku sektor industri keuangan.
Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan Sarjito mengatakan bahwa rangkaian BIK 2020 dilaksanakan untuk mendukung pemulihan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap produk dan layanan jasa keuangan.
Selain itu, BIK 2020 juga dimaksudkan untuk mendorong akselerasi penambahan jumlah rekening maupun jumlah produk atau layanan jasa keuangan.
Dengan berbagai kegiatan literasi keuangan dan perlindungan konsumen, OJK melibatkan lembaga jasa keuangan, perbankan dan juga e-commerce dan financial technology untuk penyaluran kredit pembiayaan UMKM, pembukaan rekening serta berbagai penjualan jasa keuangan dan juga berbagai macam promo khusus untuk menarik minat masyarakat dalam memeriahkan BIK 2020.
"Dengan mempertimbangkan kondisi pembatasan kegiatan sosial saat ini, rangkaian acara BIK 2020 diadakan secara virtual, salah satunya juga dengan menjalankan virtual expo melalui portal online dimana terdapat 300 booth yang akan menampilkan promo produk/program melalui video, e-poster, e-flyer dari kementerian, lembaga jasa keuangan, perbankan dan e-commerce atau fintech," ujarnya.
Anggota Dewan Komisioner OJK bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara menambahkan bahwa dirinya meyakini dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat yang lebih baik mengenai produk dan layanan keuangan, diiringi kemampuan pengelolaan keuangan yang memadai, akan dapat mendorong masyarakat menggunakan produk dan layanan keuangan yang sesuai kebutuhan dan kemampuan.
Senada dengan hal itu, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir juga mengatakan, inklusi keuangan mempunyai peranan penting untuk pemulihan ekonomi nasional khususnya dengan mempercepat akselerasi pemberian modal kerja kepada UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) guna meningkatkan kegiatan usaha.
“Percepatan pemberian kredit bagi UMKM sehingga usaha mereka menjadi meningkat kembali seperti kondisi normal. Kemudian gerakan menabung menjadi prioritas selanjutnya, karena perlunya spending dari masyarakat untuk menggerakkan sektor riil,” ujar Iskandar, Senin (5/10).
Menurutnya, dengan adanya BIK diharapkan indeks inklusi keuangan akan meningkat dari 76 persen menjadi di atas 90 persen dalam waktu 3 tahun ke depan.
“Indeks inklusi keuangan Indonesia saat ini masih 76,2 persen. Walaupun sudah naik pesat tapi indeks ini masih di bawah Tiongkok dan India yang telah mencapai 80 persen pada 2019,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel