Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. mengaku akan terus menjaga rasio kecukupan modal di level 16% di tengah aktivitas ekonomi yang masih terbatas akibat pandemi.
Perlu diketahui, perbankan memang perlu menjaga permodalan agar mampu menjadi bantalan atas pemburukan kualitas kredit yang mungkin terjadi ke depan.
Adapun per semester I/2020, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) BNI adalah sebesar 16,7% atau turun 2,0% dari posisi 18,7% pada periode sama tahun lalu.
Corporate Secretary BNI Melly Meiliana mengatakan CAR yang berada di kisaran 16% tersebut masih berada di atas ketentuan regulator. BNI pun akan lebih fokus pada perbaikan kualitas aset.
Sebagai informasi, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) saat ini dikontribusi oleh debitur-debitur yang sebelumnya sudah dikategorikan sebagai loan at risk. Serangkaian assessment terus perseroan lakukan untuk memetakan kualitas kredit debitur agar risiko kredit dapat termitigasi dengan baik.
"Selain itu, kami telah membentuk cadangan secara konservatif untuk memitigasi pemburukan kualitas aset kedepannya," katanya kepada Bisnis, Rabu (7/10/2020).
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebelum Covid-19 terjadi, yakni per Juni 2019, rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan berada pada level 22,63% dengan NPL 2,50% (gross). Pada perkembangannya, CAR menurun menjadi 21,67% per Maret 2020 atau sebelum pembatasan sosial skala besar (PSBB) diterapkan. Saat itu NPL perbankan masih berada di level 2,77% (gross).
Setelah pandemi mulai melanda, CAR dan NPL perbankan masing-masing meningkat menjadi 23,1% dan 3,22% (gross). Data terakhir pada Agustus 2020, rasio CAR perbankan meningkat tipis ke level 23,16% dengan NPL yang tetap berada di kisaran 3,22%.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah Redjalam mengatakan CAR memang dimaksudkan sebagai bantalan apabila bank mengalami kerugian, termasuk jika terjadi kenaikkan NPL. CAR yang masih berada di kisaran 20% masih terhitung sangat aman untuk menjaga pemburukan kualitas kredit dengan NPL yang terjaga di bawah 5%.
Menurutnya, sekalipun NPL meningkat hingga 10%, CAR perbankan yang berada di atas 20% masih tergolong kuat menjadi bantalan kerugian bagi perbankan. Hanya saja, NPL yang tinggi tersebut tetap akan memberikan risiko bagi individual bank.
"Ada hitungannya [CAR dan NPL] namanya stress test, saya belum menghitung sampai berapa, tetapi stress test bukan untuk dipublikasikan karena sering disalahartikan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel