Berat! Ini Proyeksi Bank Dunia tentang Ekonomi Afrika

Bisnis.com,09 Okt 2020, 10:56 WIB
Penulis: Hadijah Alaydrus
Karyawati beraktivitas di kantor Bank Dunia, di Jakarta, Senin (9/10)./JIBI-Dwi Prasetya


Bisnis.com, JAKARTA - Afrika Sub-Sahara diperkirakan akan mulai pulih pada tahun depan seiring dengan pelonggaran pembatasan sosial di negara-negara dalam kawasan tersebut.

Hal tersebut diungkapkan Bank Dunia dalam laporannya. Kendati demikian, wilayah ini akan tetap menanggung dampak virus Corona selama bertahun-tahun mendatang. 

"Pandemi telah menempatkan satu dekade kemajuan ekonomi yang diperoleh dengan susah payah dalam risiko," kata Bank Dunia dikutip dari Bloomberg, Kamis (10/9/2020).

Bank Dunia menghitung sebanyak 40 juta orang bisa didorong ke dalam kemiskinan ekstrem, menghapus lima tahun keuntungan memerangi kemiskinan.

Produk domestik bruto (PDB) Afrika Sub-Sahara menyusut 3,3 persen tahun ini, kinerja terburuk dalam catatan, karena efek gabungan dari penyakit, serta harga minyak dan komoditas yang lebih rendah. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi di wilayah ini akan mencapai sekitar 2,1 persen dapat mengikuti pada 2021 dan 3,2 persen pada 2022.

Namun, dampak pandemi masih sulit diprediksi. Skenario dasar Bank Dunia mengasumsikan bahwa jumlah infeksi baru akan terus melambat dan wabah baru tidak akan mengakibatkan penguncian baru.

Jika wabah berkepanjangan atau jika terjadi dalam gelombang kedua, ekonomi Afrika Sub-Sahara mungkin tumbuh hanya 1,2 persen pada 2021 dan 2,1 persen pada 2022. Pada akhir 2021, PDB per kapita riil kawasan itu mungkin akan mundur ke tingkat pada 2007.

Wilayah ini akan kehilangan setidaknya US$115 juta dalam output ekonomi tahun ini dan kerugian jangka panjang yang masih akan menghantui dengan tingkat PDB per kapita riil diperkirakan akan menyusut sebesar 2,1 persen dan 5,1 persen.

Ini memperkuat perkiraan sebelumnya bahwa Afrika sub-Sahara akan menderita resesi pertamanya dalam seperempat abad pada tahun 2020.

Sementara Afrika Timur dan Afrika Selatan diperkirakan mengalami pertumbuhan yang lebih lambat pada tahun 2020 dibandingkan dengan Afrika Barat dan Tengah, ekonomi wilayah ini dapat berkembang lebih cepat tahun depan sebesar 2,7 persen, dibandingkan 1,3 persen di Afrika Barat dan Tengah. Negara-negara pengekspor minyak paling terpukul, dengan pertumbuhan diperkirakan turun lebih dari 4 persen, yakni di antaranya Angola dan Nigeria.

Untuk memberi negara-negara termiskin Afrika sedikit ruang bernapas, Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional telah mengusulkan penangguhan pembayaran utang tahun ini.

Namun, itu hanya akan mengatasi sebagian kecil dari total utang. Oleh karena itu, Bank Dunia menegaskan keringanan utang dari kreditor swasta kemungkinan juga diperlukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini