Begini Cara Investree Rangkul dan Jaga Kepercayaan Para Lender Institusi

Bisnis.com,12 Okt 2020, 11:51 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Ketua Umum Asosiasi Pendanaan Fintech Bersama Indonesia yang juga CEO Investree Adrian A Gunadi, memberikan penjelasan pada diskusi Digital Economic Forum di Jakarta, Kamis (28/3/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 membawa perbankan atau lembaga jasa keuangan (LJK) konvensional lain makin mesra dengan platform teknologi finansial peer-to-peer lending sebagai pendana (lender) institusi.

Hal ini tercermin pula dari data statistik terbaru Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait fintech P2P lending per Agustus 2020 yang dikutip Bisnis, Senin (12/10/2020).

Persentase lender institusi atau badan usaha tercatat mencapai 0,33 persen dari 669.580 entitas borrower atau kisaran 2.209 entitas.

Apabila menilik ke belakang, di tengah tren angka peminjam dana (borrower) yang terus meningkat, persentase lender institusi nyatanya tak pernah menurun.

Periode sebelumnya atau Agustus 2019, persentase lender institusi masih 0,17 persen dari 530.358 entitas borrower atau sekitar 901 entitas, berlanjut ke angka 0,2 persen dari 605.935 entitas borrower atau sekitar 1.211 entitas pada Desember 2019.

Persentase lender institusi pada Agustus 2020 ini pun termasuk naik signifikan dibandingkan pada masa pandemi berlangsung.

Di mana persentasenya masih berada di angka 0,21 persen dari 647.993 sampai 654.201 entitas atau kisaran 1.300 entitas (April-Mei 2020), disusul 0,22 persen dari 659.186 sampai 663.865 entitas atau 1.400 entitas (Juni-Juli 2020).

Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) sekaligus Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi mengamini bahwa tren ini juga dialami Investree.

Adrian menjelaskan biasanya lender institusi dapat mendanai dengan skema loan channeling. Dalam prosesnya, platform yang melakukan asesmen komprehensif seperti potensi, track record, dan credit scoring borrower untuk ditawarkan kepada para lender institusi.

Lender institusi sebagai pemberi kredit tetap memiliki kuasa untuk memilih sendiri pinjaman-pinjaman borrower yang akan didanai sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

"Secara singkat, loan channeling adalah pemberian kredit dari pemilik dana kepada penerima kredit melalui lembaga perantara yang ditunjuk - dalam hal ini contohnya Investree sebagai perusahaan fintech lending yang telah dipercaya untuk menyalurkan dana mereka," jelasnya kepada Bisnis.

Menurut Adrian, setidaknya ada enam strategi yang telah Investree terapkan demi merangkul dan menjaga kepercayaan para lender institusi.

Pertama, memperkuat pemeliharaan akun terhadap industri terdampak dan keamanan pembayarannya. Kemudian berfokus menerima pengajuan pinjaman berisiko rendah dari industri tertentu dan/atau Borrower atau Payor yang sudah teruji rekam jejaknya.

"Selain itu, kami memperkuat model bisnis yang berfokus pada pembiayaan rantai pasokan kepada UKM dengan fokus produk Invoice Financing dan Pre-Invoice Financing, serta melakukan analisis dan verifikasi pinjaman dengan menggunakan sistem credit-scoring yang sudah teruji," ungkap Adrian.

Strategi kelima, yaitu meningkatkan kolaborasi dengan rekanan industri asuransi demi mitigasi risiko, dan terakhir mempertahankan manajemen perusahaan yang andal, operasional yang taat tata kelola perusahaan dengan mayoritas pimpinan dan anggota berpengalaman lebih dari 15 tahun di dunia perbankan.

"Kami percaya bahwa faktor-faktor di atas, yaitu kestabilan bisnis dan penerapan strategi mitigasi risiko, meyakinkan lender-lender institusi untuk terus melakukan pendanaan kepada UKM-UKM melalui Investree," tegasnya.

Sekadar informasi, salah satu contoh kemitraan terkini yang tengah berjalan di Investeee, yakni kolaborasi bersama PT Bank Mandiri (Persero)Tbk., untuk turut mendukung penyaluran dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui mekanisme channeling agar cepat dan tepat sasaran.

Adrian sebelumnya pernah mengungkap bahwa secara tahunan, bahkan sebelum pandemi, jumlah pendana institusi di Investree memang terus tumbuh positif.

Berturut-turut sejak didirikan mulai dari 1 persen, 4 persen, 20 persen, sampai 32 persen pada Desember 2019 lalu, hingga saat ini di semester I/2020 porsinya di angka 42 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini