Peluang Harga Emas Kembali Tembus US$2.000 Masih Terbuka

Bisnis.com,12 Okt 2020, 18:40 WIB
Penulis: Lorenzo Anugrah Mahardhika
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan akomodatif dari bank sentral dan prospek hasil pemilu di Amerika Serikat berpotensi mengembalikan harga emas ke level US$2.000 per troy ounce. Peluang mencatat rekor harga baru di sisa tahun 2020 juga masih cukup terbuka.

Dilansir dari Bloomberg, Senin (12/10/2020) harga emas Comex dengan kontrak Desember 2020 terpantau naik 2,30 poin atau 0,12 persen ke level US$1.928,50 per troy ounce hingga pukul 16.15 WIB.

Sementara itu, harga emas di pasar Spot terkoreksi sebesar 8,15 poin atau 0,42 persen ke kisaran (US$) per troy ounce.

Ekonom OCBC Bank Howie Lee dalam risetnya menyatakan, kabar paket stimulus jumbo yang dicari oleh Presiden AS, Donald Trump akan membuat nilai dolar AS terkoreksi sehingga mendorong penguatan harga emas.

“Apabila paket stimulus ini berhasil tercapai, ini akan menjadi katalis utama yang mendorong nilai emas ke US$2.000 per troy ounce. Kami tetap pada posisi bullish dalam jangka waktu menengah-panjang,” katanya dalam riset.

Hal senada diungkapkan oleh Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra. Menurutnya, sentimen yang turut berperan dalam pergerakan harga emas adalah pemilihan umum Presiden di Amerika Serikat.

Ia menjelaskan, apabila kandidat presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, memenangkan pemilu hal ini akan membuat harga emas kian melesat. Pasalnya, dengan prospek kebijakan yang lebih akomodatif, para investor akan lebih percaya diri untuk masuk ke aset-aset seperti emas dan pasar saham.

“Aset emas memang terbilang safe haven. Tetapi, bila dibandingkan dengan dolar AS, risikonya lebih tinggi pada emas,” jelasnya.

Ariston memperkirakan, harga emas di sisa tahun ini masih berpeluang mencapai level US$2.000 per troy ounce. Meski demikian, harga emas akan sulit menembus rekor tertinggi pada tahun 2020 yang pernah dicatatkan pada beberapa waktu lalu.

Ia melanjutkan, harga emas saat ini tengah berada dalam fase konsolidasi dan belum memasuki tren pelemahan. Saat ini, pasar masih menanti sentimen baru yang dapat menurunkan harga emas.

“Sentimen yang dapat menurunkan harga emas adalah kemunculan vaksin untuk Covid-19. Apabila vaksin tersebut sudah direalisasikan, diperkirakan tekanan harga emas untuk turun akan lebih kuat,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini