Bulan Depan Resesi, Bos BI Putuskan Tahan Suku Bunga di 4 Persen

Bisnis.com,13 Okt 2020, 14:29 WIB
Penulis: Maria Elena
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (18/8/2020), Dok. Bank Indonesia

Bisnis, JAKARTA — Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 dan 13 Oktober 2020, memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 4,00 persen.

Dengan demikian, BI juga menahan suku bunga Deposit Facility sebesar 3,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,75 persen.

"Keputusan ini mempertimbangkan perlunya jaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah inflasi yang rendah," kata Perry dalam paparan hasil RDG, Selasa (13/10/2020).

Keputusan ini sejalan dengan konsensus Bloomberg di mana mayoritas ekonom memprediksi suku bunga acuan tetap. Dari 22 ekonom, dan hanya 2 ekonom yang memproyeksi suku bunga acuan turun ke level 3,75 persen.

Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana mengatakan pada dasarnya BI masih memiliki ruang untuk kembali melakukan pemangkasan.

Namun, pada RDG bulan ini ruang tersebut masih belum dimanfaatkan.

“Proyeksi kami policy rate stay meskipun masih ada ruang terbatas untuk menurunkan suku bunga,” katanya
kepada Bisnis, Senin (12/10).

Menurut Wisnu, pertimbangan BI menahan suku bunga dikarenakan likuiditas yang cukup berlebih. Longgarnya likuiditas telah menekan suku bunga deposito perbankan tanpa didahului perubahan suku bunga acuan.

Adapun, BI melihat pemulihan di dalam negeri membaik terutama didorong stimulus fiskal dan ekspor. Belanja pemerintah meningkat didorong stimulus perlindungan sosial dan UMKM.

Perry menuturkan ekspor juga membaik ditopang oleh berlanjutnya permintaan global terutama AS dan China untuk besi baja, pulp dan kertas serta produk tekstil.

Sementara itu, dia menegaskan BI akan terus menempuh langkah-langkah kebijakan lanjutan yang diperlukan dalam mempercepat program PEN dengan mencermati dinamika perekonomian dan pasar keuangan global serta penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap prospek perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.

"Koordinasi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terus diperkuat untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta mempercepat pemulihan ekonomi nasional," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini