Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menegaskan nilai tukar rupiah yang berada di kisaran Rp14.700 per dolar AS masih undervalued.
"Kami memandang rupiah berpotensi akan menguat dengan seiring didukung dengan defisit transkasi berjalan yang rendah, inflasi yang rendah di bawah 2 persen, dan daya tarik aset dalam negeri yang cukup kuat dan premi risiko yang turun," papar Perry dalam paparan hasil RDG Oktober, Selasa (13/10/2020).
Dia menyebutkan otoritas monerter pun masih memiliki kemampuan yang cukup untuk dapat menjaga stabilitas rupiah pada akhir tahun ini.
"Tentu saja kami pun akan memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental dan bekerjanya mekanisme pasar,"imbuhnya.
Pada September 2020, rupiah tercatat melemah 2,13 persen (point to point/ptp) dipengaruhi tingginya ketidakpastian pasar keuangan, baik karena faktor global maupun faktor domestik.
Pada awal Oktober 2020, nilai tukar Rupiah per 12 Oktober kembali menguat 1,22 persen (ptp) atau 0,34 persen secara rerata dibandingkan dengan level September 2020.
Penguatan rupiah pada Oktober 2020 didorong kembali masuknya aliran modal asing ke pasar keuangan domestik dipengaruhi meningkatnya likuiditas global dan tetap terjaganya keyakinan investor terhadap prospek perekonomian domestik.
Dengan perkembangan ini, rupiah sampai dengan 12 Oktober 2020 mencatat depresiasi sekitar 5,56 persen dibandingkan dengan level akhir 2019.
Pukul 14.31 WIB, saat paparan hasil RDG berlangsung, rupiah melemah 0,27 persen atau 40 poin menuju Rp14.740 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS naik 0,18 persen ke level 93,234.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel