Bisnis.com, JAKARTA — Manajemen perusahaan-perusahaan asuransi dinilai perlu membuat keputusan yang bijak terkait operasional bisnisnya seiring besarnya risiko penularan virus corona di perkantoran. Bekerja dari rumah atau work from home pun menjadi opsi yang sangat mungkin dilakukan.
Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Hastanto Sri Margi (HSM) Widodo menjelaskan bahwa manajemen perusahaan-perusahaan asuransi dapat mengacu ke berbagai penelitian ilmiah mengenai virus corona sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan operasional kantor.
Widodo mengutip sebuah studi bertajuk An Overview on the Role of Relative Humidity in Airborne Transmission od SARS-CoV-2 in Indoor Environments, yang menjelaskan bahwa penyebaran virus corona sangat rentan terjadi di ruangan tertutup dengan kelembaban rendah, seperti di perkantoran dengan pendingin ruangan (air conditioner/AC).
"Yang bikin menakutkan lagi aerosol-nya bisa tiga jam di udara, dan menempel cukup lama di benda-benda. Bayangkan lift yang ada di kantor-kantor itu kan tertutup, bahannya stainless steel. Ini kenyataan tidak mengenakkan yang harus kita terima, inconvenient truth," ujar Widodo pada Senin (12/10/2020).
Dia pun menjelaskan bahwa berdasarkan indeks risiko Covid-19 yang dibuat Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat, bekerja di kantor tergolong memiliki risiko sedang ke tinggi (medium to high). Menurut Widodo, hal tersebut harus menjadi pertimbangan besar bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan bekerja di kantor (work from office/WFO).
"Jadi, kalau banyak dari kita masih mau work from home [WFH], pakai 50 persen [yang bekerja di kantor], atau on off pakai 25 persen, berapapun, itu tidak akan menurunkan tingkat risiko kemungkinan penularan [di kantor]. Mungkin memang kalau nanti ada yang masuk dan terinfeksi, jumlah yang terkena lebih sedikit," ujar Widodo.
Dia menilai bahwa industri asuransi tidak bisa terus menerus bergerak dalam kondisi sulit seperti itu. Widodo bahkan menilai bahwa penerapan on off WFH dan bekerja di kantor justru dapat menurunkan produktivitas pegawai, hingga memengaruhi kinerja perusahaan.
Presiden Direktur PT Asuransi Bintang Tbk. itu pun menilai bahwa keberadaan vaksin tidak akan menjadi 'juru selamat' bagi perekonomian karena tingkat efektivitasnya masih belum diketahui. Penilaiannya itu mengacu kepada temuan CDC bahwa vaksin belum tentu efektif 100 persen untuk mengobati Covid-19.
"Ini bukan caranya melanjutkan bisnis dengan cara seperti ini [WFO dan sebagian WFH], karena vaksin tidak akan 100 persen, kemudian bahwa virus bisa bertahan di berbagai permukaan dengan cukup lama. Pekerjaan yang WFH dengan eksposur yang rendah mungkin akan berlaku hingga melewati 2021," ujar Widodo.
Menurut Widodo, kondisi itu pun memunculkan pertanyaan apakah mungkin jika bisnis melakukan WFH sepenuhnya? Dia menjawab dengan lugas bahwa khusus untuk asuransi sangat mungkin dilakukan.
Hal tersebut dapat dilakukan perusahaan asuransi dengan menyiapkan teknologi informasi yang sesuai kebutuhan dan menetapkan indikator kinerja karyawan yang baik, sehingga produktivitas dapat tetap terjaga. Adapun, jika manajemen perusahaan menetapkan kebijakan sebagian WFO, perlu dipastikan bahwa seluruh pekerja menggunakan masker dan face shield.
"Masalahnya [tidak bisa menerapkan WFH sepenuhnya] ada pada performance matrix yang masih mengacu ke dulu-dulu. Namun, yang lebih parah lagi adalah keinginan atau leadership dari para manajemen untuk push paradigma transformasi digital," ujar Widodo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel