Gangguan Iklim, Luas Panen Padi Januari-September 2020 Turun

Bisnis.com,15 Okt 2020, 12:53 WIB
Penulis: Iim Fathimah Timorria
Jajaran Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) melakukan panen raya padi di Desa Gemuruh, Kecamatan Jejawi, Kabupaten OKI. istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan adanya penurunan luas panen padi sepanjang Januari-September 2020.

Penurunan ini dipengaruhi oleh kondisi iklim di sejumlah daerah produksi sehingga memengaruhi volume produksi. 

Kepala BPS Suhariyanto mengemukakan realisasi luas panen pada Januari-September 2020 sebesar 9,01 juta hektare. Angka ini turun 2,97 persen dibandingkan luas panen pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 9,28 juta hektare.

“Luas panen memang turun 2,97 persen dan seperti yang saya sampaikan karena cuaca yang tidak berpihak di berbagai daerah seperti di Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan,” kata Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Kamis (15/10/2020).

Suhariyanto menjelaskan bahwa dua provinsi tersebut sempat menderita produksi yang tak maksimal lantaran gangguan iklim dan serangan hama. Di Sulawesi Selatan misalnya, 3 daerah sentra produksi yakni Bone, Wajo, dan Sidenreng Rappang (Sidrap) sempat terendam banjir karena curah hujan yang tinggi.

Meski realisasi luas panen pada Januari-September 2020 mengalami penurunan, Suhariyanto menyebutkan bahwa area total panen sampai akhir tahun berpotensi naik. Pasalnya, ada tambahan potensi luas panen pada periode Oktober-Desember sebesar 380.000 hektare dibandingkan dengan tahun lalu.

Dengan demikian total luas selama periode ini menjadi 1,78 juta hektare.

“Tambahan luas panen pada Oktober-Desember menyebabkan total luas 2020 menjadi 10,79 juta hektare atau naik 1,02 persen dibandingkan dengan 2019,” lanjutnya.

Jika realisasi luas panen pada kuartal akhir 2020 sesuai proyeksi, Suhariyanto menyebutkan produksi padi nasional bisa lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu.

Meski demikian, Indonesia tetap perlu mengantisipasi fenomena La Nina sebagaimana disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Fenomena La Nina diperkirakan akan mengakibatkan curah hujan pada akhir tahun lebih tinggi dibandingkan dengan masa normal. Curah hujan tinggi bisa mengakibatkan bencana hidrometeorologi yang turut memengaruhi hasil panen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini