Produksi Beras 2020 Bisa Naik Tipis, Stok Sudah Aman?

Bisnis.com,15 Okt 2020, 13:07 WIB
Penulis: Iim Fathimah Timorria
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto memberikan keterangan saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (1/7/2020).

Bisnis.com, JAKARTA – Perkiraan produksi beras sementara yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) dengan metode kerangka sampel area (KSA) menunjukkan adanya potensi kenaikan pada tahun ini.

Produksi beras diperkirakan naik tipis 1 persen menjadi 31,63 juta ton sampai akhir tahun.

Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan produksi sejauh ini cenderung mencukupi jika berkaca pada pergerakan harga gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) yang relatif stabil.

Dia tak memungkiri jika terjadi penurunan panen selama Januari-September 2020 sebesar 3,18 persen menjadi 26,06 juta ton. Meski demikian, terdapat potensi peningkatan produksi beras pada kuartal akhir 2020 yang didukung oleh bertambahnya luas panen.

“Jika dikonversi, produksi sebesar 31,63 juta ton atau meningkat 1 persen dengan catatan realisasi produksi Oktober-Desember sesuai perkiraan. Kondisi ini terlihat dari pergerakan harga GKP dan GKG yang stabil karena cadangan beras cukup. Kita harap produksi meningkat sehingga cadangan cukup. Kita perlu antisipasi fenomena La Nina,” papar Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Kamis (15/10/2020).

Suhariyanto mencatat sejumlah provinsi tetap akan menjadi sentra produksi seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sumatra Selatan, dan Lampung.

Kenaikan produksi diperkirakan akan terjadi di Jawa Timur sebesar 4,61 persen dan disusul sejumlah provinsi seperti Lampung, Banten, dan Jawa Barat.

“Bagaimana soal surplus beras? Kalau di angka produksi sementara dan realisasi berdasarkan potensi maka produksi 31,63 juta ton dan konsumsi 29,37 juta ton. Kita surplus 2,26 juta ton,” kata dia.

Suhariyanto menyebutkan produksi padi nasional bisa lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu jika realisasi luas panen pada Oktober-Desember meningkat seperti perkiraan sementara.

Meski demikian, Indonesia tetap perlu mengantisipasi fenomena La Nina sebagaimana disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Fenomena La Nina diperkirakan akan mengakibatkan curah hujan pada akhir tahun lebih tinggi dibandingkan dengan masa normal. Curah hujan tinggi bisa mengakibatkan bencana hidrometeorologi yang turut memengaruhi hasil panen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini