Kinerja Dagang September, Sinyal Industri yang Lebih Solid

Bisnis.com,15 Okt 2020, 18:27 WIB
Penulis: Iim Fathimah Timorria
Foto aerial kawasan industri Jababeka di Cikarang, Jawa Barat. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja perdagangan Indonesia pada September 2020 dipandang cukup solid dan mencerminkan kondisi industri yang mampu bertahan usai tertekan cukup dalam pada kuartal II tahun ini.

Direktur Executive Next Policy Fithra Faisal Hastiadi mengatakan kenaikan impor pada September yang didominasi dengan pemasukan bahan baku dan barang modal sejalan dengan kenaikan Purchasing Managers' Index (PMI) pada Agustus yang mencapai 50,8 atau menunjukkan sinyal ekspansi.

“Meski kembali turun pada September karena ada pembatasan, ini adalah buah kenaikan PMI. September pun turunnya tidak sedalam saat April. Sekarang industri bisa dibilang cukup resilient,” kata Fithra kepada Bisnis.com, Kamis (15/10/2020).

Selain imbas dari aktivitas industri yang lebih optimistis, Fithra menyebutkan kenaikan permintaan bahan baku dan modal juga tak lepas dari relaksasi nonfiskal yang diberikan pemerintah, terutama dalam mendukung kemudahan impor bahan baku. Selain itu, tren mobilitas dan survei dunia usaha pun menunjukkan perbaikan.

“Sebetulnya tren akan cukup baik. Saya lihat ekspor impor juga sustainable meski secara tahunan turun tapi tren bulanan ekspor naik dan impor naik. Ini perkembangan yang cukup baik,” lanjutnya.

Menurutnya, dengan torehan surplus mencapai US$2,44 miliar meski impor mengalami kenaikan lebih tinggi daripada ekspor, Fithra menilai kinerja dagang dalam posisi yang cukup solid. Hal ini didukung pula dengan kenaikan ekspor ke negara-negara seperti Amerika Serikat dan China.

Meningkatnya ekspor ke China disebut Fithra menunjukkan bahwa kebutuhan industri di Negeri Panda untuk komoditas energi dan bahan baku melanjutkan tren positif. Sepanjang September, ekspor ke China naik US$163,3 juta.

“Ekspor migas kita juga mengalami peningkatan. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan energi di mitra tradisional seperti China dan Jepang meningkat pula,” ujarnya.

Sementara itu, kenaikan ekspor ke Amerika Serikat disebutnya menjadi sinyal kuat bahwa negara tersebut melanjutkan pengalihan pasokan dengan mengalihkan impor dari China ke negara-negara alternatif seperti Indonesia. Amerika Serikat menempati peringkat keempat negara dengan peningkatan ekspor terbesar, yakni dengan nilai US$66,8 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini